EKBIS.CO, JAKARTA -- Laporan terbaru Bank Dunia menunjukkan Asia Timur tetap menjadi salah satu mesin pertumbuhan utama perekonomian dunia. Hampir dua per lima dari pertumbuhan ekonomi global berasal dari kawasan Asia Timur.
Secara keseluruhan, kawasan Asia Timur diharapkan tumbuh 6,5 persen pada 2015, sedikit turun dari tahun 2014 sebesar 6,8 persen.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Axel van Trotsenburg, mengatakan, pertumbuhan negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik diperkirakan tetap solid. Namun, melihat adanya tren pelambatan, maka para pembuat kebijakan diharapkan tetap fokus pada reformasi struktural yang berdasarkan pembangunan yang berkelanjutan, jangka panjang dan inklusif.
Reformasi yang diperlukam termasuk perbaikan kebijakan pada keuangan, ketenagakerjaan dan pasar produk, seperti perbaikan transparansi dan akuntabilitas. "Kebijakan-kebijakan ini akan meyakinkan investor dan pasar, dan membantu mempertahankan pertumbuhan yang dapat mempercepat pengentasan kemiskinan," jelasnya dalam peluncuran laporan The East Asia and Pacific Update, di Jakarta, Senin (5/10).
Laporan tersebut berfokus pada tantangan situasi global yang dihadapi oleh kawasan Asia Timur dan Pasifik. Pemulihan ekonomi negara-negara maju berlangsung bertahap.
Perdagangan global berkembang namun dengan kecepatan paling rendah sejak 2009. Tren pelambatan semakin meluas di negara-negara berkembang, khususnya negara produsen komoditas karena harga komoditas terus menurun.
Kinerja ekonomi di seluruh Asia Timur bervariasi. Ekonomi Cina diharapkan tumbuh sekitar 7 persen tahun ini dan perlahan melambat setelahnya. Sebab, perekonomian Cina saat ini lebih berorientasi pada konsumsi domestik dan sektor jasa, yang menandakan kemungkinan penurunan pertumbuhan secara bertahap.
Negara-negara berkembang lainnya di Asia Timur diperkirakan tumbuh 4,6 persen pada 2015, sama dengan tahun lalu. Produsen komoditas seperti Indonesia, Malaysia dan Mongolia akan mengalami pertumbuhan yang lebih perlahan dan pendapatan negara yang melemah tahun ini, mencerminkan turunnya harga komoditas global.
Sedangkan negara-negara importir komoditas akan bertahan stabil bahkan tumbuh. Seperti Vietnam, diharapkan tumbuh 6,2 persen pada 2015 dan 6,3 persen pada 2016.
Namun, pertumbuhan akan berkurang di negara-negara yang lebih kecil. Di Kamboja, hasil panen yang lebih rendah berdampak negatif pada perekonomian, meskipun pertumbuhan ekonomi tetap tinggi di angka 6,9 persen tahun ini.
Di Myanmar, musibah banjir pada Juli 2015 akan melemahkan pertumbuhan ke angka 6,5 persen, dari 8,5 persen pada 2014. Untuk negara-negara di Kepulauan Pasifik pertumbuhan tetap stabil.