EKBIS.CO, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) kembali mendorong pembukaan keran ekspor bauksit yang sudah lebih dari setahun tertutup. Ketua APB3I Erry Sofyan menyebutkan, kegiatan operasional di lapangan bisa menyerap lebih dari 40 ribu tenaga kerja dan menghidupi minimal 160 ribu jiwa yang terlibat langsung.
"Selain itu juga telah menjadi lokomotif pembangunan dan aktivitas perekonomian masyarakat di desa, kecamatan, kabupaten dan bahkan provinsi," ujar Erry, Senin (5/10).
Erry melanjutkan, pemerintah bisa mencapai target penerimaan negara dengan memberdayakan ekspor mineral yang sumber daya dan cadangannya melimpah. Sebelumnya, target penerimaan negara bukan pajak dalam rancangan APBN 2016 dari nonminyak dan gas bumi sektor batu bara diturunkan dari Rp 50,14 triliun menjadi Rp 41,5 triliun, karena disebabkan harga batubara yang rendah.
"Pembukaan keran ekspor bauksit oleh pemerintah diyakini dapat menambah devisa dan penerimaan negara dari sektor nonminyak dan gas bumi," katanya.
Penetapan kuota produksi dan ekspor bauksit sebesar 40 - 50 juta ton per tahun dengan harga 40 dolar AS per ton, lanjutnya, akan memberikan kontribusi terhadap perbaikan perekonomian Indonesia yang saat ini sedang mengalami kelesuan.
Perbaikan itu, di antaranya adalah penerimaan devisa sebesar Rp 23,20 triliun – Rp 29,00 triliun, serta penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak sekitar Rp 7,3 triliun.
Selain itu, pengusahaan bauksit bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar 40 ribu orang dan menggerakkan kembali roda perekonomian daerah dan masyarakat di sekitar pertambangan.
"Tumbuh berkembangnya sektor riil di daerah menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang pada gilirannya menguatkan stabilitas perekonomian negara. Kegiatan ekspor sangat penting untuk menggerakkan roda perekonomian dalam negeri, penerimaan devisa, dan pajak," ungkapnya.