Selasa 06 Oct 2015 14:02 WIB

Indeks Saham Sektor Aneka Industri Pimpin Penguatan IHSG

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Layar elektronik menunjukkan pergerakkan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (12/8).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Layar elektronik menunjukkan pergerakkan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (12/8).

EKBIS.CO, JAKARTA--Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Selasa (6/10), kembali melanjutkan penguatan. Pada pukul 09.21 WIB IHSG terpantau naik cukup pesat sejauh 74,342 poin atau 1,711 persen ke level 4.418,043.

Penguatan indeks saham pagi ini terdorong naiknya saham-saham pada indeks sektoral. Kenaikan pesat terjadi pada saham di sektor aneka industri sejauh 4,483 persen. Itu dilanjutkan kinerja saham sektor finansial yang meningkat 2,275 persen.

Pada perdagangan sehari sebelumnya saham yang naik paling signifikan terjadi di indeks saham sektor industri kimia dasar. Analis PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Guntur Tri Hariyanto, menilai peningkatan pada saham-saham Industri selain dampak dari sentimen global, terdorong sentimen dalam negeri di mana pemerintah berencana untuk menurunkan harga bbm dan listrik dalam waktu dekat untuk membantu daya beli masyarakat.

Sementara, penurunan harga BBM dan listrik tersebut sepertinya akan menjadi bagian dari paket kebijakan III yang akan dikeluarkan. Menyoal paket kebijakan itu, Guntur berharap itu dapat mendorong daya beli masyarakat yang sudah rendah, dukungan bagi ekspor terutama untuk UKM, dan juga peningkatan investasi.

"Ada harapan bahwa paket kebijakan III akan semakin menyentuh fundamental ekonomi secara mendasar sehingga dapat membantu ekonomi bisa bergulir lebih cepat lagi," lanjutnya ketika dihubungi REPUBLIKA, Selasa (6/10).

Penguatan IHSG terjadi cukuo pesat sejak awal pekan ini. IHSG pada penjualam sehari yang lalu, Senin (5/10) naik sejauh 135,902 poin atau 3,23 persen di 4343,701.

"Ini terkena dampak positif dari meredanya spekulasi akan kenaikan FFR di tahun ini merujuk pada melemahnya data ekonomi AS terutama dari data non farm payroll yang tumbuh di bawah harapan dan stagnannya pertumbuhan upah di bulan Septemnber lalu," papar Guntur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement