EKBIS.CO, SURABAYA -- Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Rudi Purwono mengatakan devisa hasil ekspor (DHE) sebaiknya disimpan di bank lokal Indonesia dengan memberikan inisiatif perpajakan karena selama ini dana hasil ekspor disimpan di bank luar negeri.
"Sejatinya apabila kita membicarakan penguatan rupiah terkait dengan cadangan devisa dari ketersediaan suplai dolar atau mata uang asing ataupun devisa di Indonesia, karena selama ini dana hasil ekspor disimpan di bank luar negeri terutama di bank-bank Singapura," kata Rudi ditemui dalam acara Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Surabaya, Rabu (7/10).
Ia mengatakan, meskipun paket kebijakan ekonomi jilid I dan jilid II merupakan kebijakan jangka panjang yang membutuhkan banyak waktu, para eksportir diharapkan bisa menaruh devisa hasil ekspor di perbankan nasional, bukan di luar negeri dengan insentif yang diberikan untuk deposito disimpan dalam bentuk dolar AS maupun rupiah.
"Untuk dolar AS, pemerintah saat ini memberlakukan pajak bunga deposito sebesar 20 persen, namun apabila Devisa Hasil Ekspor (DHE) disimpan selama satu bulan dalam deposito berbentuk dolar AS, tarif yang ditetapkan menjadi 10 persen," kata Rudi yang juga Wakil Dekan I FEB Unair itu.
Jika tiga bulan, menjadi 7,5 persen. Sedangkan enam bulan, tarif menjadi 2,5 persen. Di sisi lain, jika para eksportir menyimpan DHE miliknya dalam bidang rupiah, tarifnya menjadi 7,5 persen.
Menurut dia, Pemerintah sudah mempunyai komitmen tinggi untuk memberantas infisiensi terutama berkaitan dengan investasi yang berkaitan dengan logistik, sehingga respon positif ini membuat dunias usaha bekeyakinan bahwa ekonomi di Indonesia mulai kembali membaik yang tercermin dalam penguatan rupiah dalam beberapa hari ini.