EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat pasar keuangan William Surya Wijaya meyakini paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah akan diapresiasi investor sehingga membuka peluang arus dana asing kembali masuk ke Indonesia yang akhirnya mengangkat rupiah.
"Pemilik modal biasanya mengantisipasi terlebih dahulu dengan kembali melakukan investasi. Nilai tukar rupiah yang terapresiasi menandakan kebijakan pemerintah direspons positif," ujar William yang juga analis dari Analis Asjaya Indosurya Securities di Jakarta, Rabu (7/10).
Ia mengemukakan bahwa salah satu kebijakan ekonomi jilid III yakni penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), gas, dan tarif listrik bagi industri dapat menekan beban biaya perusahaan di sektor aneka industri di antaranya otomotif dan komponennya, tekstil, dan elektronik. Kendati demikian, William mengharapkan kebijakan pemerintah itu direspon dengan penurunan harga jual produknya agar daya beli masyarakat kembali meningkat sehingga dampaknya ke ekonomi dalam negeri dapat dirasakan.
Di sisi lain, lanjut dia, meredanya harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) pada tahun ini juga menjadi salah satu faktor yang menopang nilai tukar rupiah. Ditundanya kenaikan suku bunga AS membuat investor yang telah memegang dolar AS kembali menempatkan dananya ke aset berisiko, termasuk ke rupiah.
"Indonesia merupakan negara berkembang kedua setelah Cina sebagai tujuan investasi, Indonesia juga masih cukup menjanjikan dalam memberi imbal hasil yang menarik," ucapnya.
Ia juga mengharapkan pemerintah dapat terus mengawal kebijakannya yang telah dikeluarkan sehingga benar-benar terealisasi dan terlaksana secara berkelanjutan. "Indonesia kan negara berkembang, paket kebijakan itu ibarat pupuk tanaman yang harus terus dijaga agar menjadi pohon yang kuat," ujarnya.