EKBIS.CO, JAKARTA -- Realisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor industri gas hulu dan hilir, PT Pertamina Gas (Pertagas), mengalami penurunan.
Pertagas mencatat, hingga September 2015 realisasi capex perseroan baru mencapai 200 juta dolar AS. Angka ini lebih rendah dari besaran anggaran yang ada untuk tahun 2015 sebesar 315 juta dolar AS.
Direktur Utama Pertagas Hendra Jaya menjelaskan bahwa penyebab rendahnya penyerapan capex adalah mundurnya sejumlah proyek besar yang telah direncanakan sejak awal tahun. Sebagian besar proyek yang mundur terkendala masalah lahan dan perizinan.
Salah satunya adalah rencana pembangunan infrastruktur pipa gas yang menghubungkan Belawan dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, yang terpaksa molor karena keterlambatan izin karena melalui jalan tol dalam pembangunannya. Hendra menyebutkan, hingga September 2015 ini pembangunan pipa gas jalur Belawan-Sei Mangkei mencapai 81 persen.
Meski molor, Hendra optimistis proyek pipanisasi sepanjang 18,5 km ini bisa dikejar hingga akhir tahun ini.
"Kita rencanakan selesai pada Oktober, tapi ada beberapa tantangan terutama di lokasi jalan tol belawan karena kita baru dapat izin dan syukur sudah konstruksi," ujar Hendra saat ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (15/10).
Hendra menyebutkan, pembangunan instalasi pipa sebagian ada yang menggunakan pengeboran non konvensional atau horizontal directional drilling (HDD). Selain faktor perizinan, penggunaan teknologi HDD ini juga turut memberikan tantangan bagi keberlanjutan proyek.
Hambatan juga dirasakan di pembangunan jalur pipa gas Porong-Grati yang diharapkan selesai pada Desember 2015. Proyek tersebut kemungkinan akan mengalami keterlambatan karena ada keterlambatan izin prinsip untuk menggunakan jalur tol. Hingga September 2015, pembangunan jalur pipa gas Porong-Grati baru mencapai 70 persen.
Begitu juga dengan pembangunan pipa gas jalur Muara Karang-Muara Tawar-Tegal Gede. Tantangan terbesar yang dialami Pertagas dalam membangun di jalur ini adalah padatnya penduduk.
"130 km tapi agak lambat karena lewat jalur padat penduduk. Tujuan utama kami yang jelas agar suplai di Jabar tidak kekurangan," katanya.