EKBIS.CO, JAKARTA-- PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengalokasikan dana Rp 200 miliar pada 2016 untuk belanja modal. Hal itu untuk memastikan terealisasinya rencana strategis serta rencana pengembangan infrastruktur pasar modal lainnya.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (29/10), KSEI menetapkan rencana strategisnya, yaitu mengembangkan sistem utama KSEI dalam proyek C-BEST Next-G.
Sistem itu merupakan upaya untuk memastikan peran KSEI sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian dapat terlaksana dengan baik. Pengembangan ini juga untuk mengantisipasi perkembangan aktivitas transaksi efek di pasar modal serta pertumbuhan jumlah emiten dan investor.
Direktur Utama KSEI, Margeret Tang menyatakan, pihaknya berharap sistem ini selesai dikembangkan pada akhir 2016 nanti. Ia mengatakan nantinya dengan siatem ini mereka akan mampu menangani hingga tiga juta investor dengan kemampuan pemrosesan penyelesaian transaksi mencapai 20 ribu transaksi per menit, atau lebih dari enam kali lipat kapasitas sistem yang saat ini digunakan.
Margeret juga menyampaikan adanya rencana pengembangan Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-Invest). S-Invest merupakan infrastruktur yang dikembangkan untuk mendukung industri reksadana di pasar modal Indonesia. Harapannya, proses dan alur bisnis dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
"Kesiapan dan dukungan dari para pelaku yaitu pihak agen penjual, manajer investasi, bank kustodian dan juga perusahaan Efek sebagai pengguna sistem S-Invest sangat penting", ujar Margeret, dalam keterangan resmi, Jumat (30/10).
Sementara, terkait inisiatif pengembangan AKSes Financial Hub, perluasan fungsi fasilitas AKSes yang telah dilakukan dengan mengandeng pihak perbankan sejak 2013 ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk lebih mempermudah lagi akses masyarakat berinvestasi di pasar modal. Direncanakan pada 2016 akan dikembangkan fitur tambahan antara lain instruksi pembelian dan penjualan unit penyertaan reksadana melalui jaringan ATM, internet banking, dan mobile banking.
Margaret pun membeberkan, pihaknya meningkatkan biaya pengembangan usaha sebesar 10 persen. Begitu pula di sektor pengembangan pasar modal yang meningkat sebesar 42 persen dari RKAT tahun sebelumnya. Peningkatan juga dicatatkan pada pendapatan usaha bersih yang naik empat persen.