EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, produk usaha kecil dan menengah (UKM) Indonesia masih kalah bersaing dengan negara lain dari segi kemasan dan produksi. Padahal, dari sisi kualitas produk UKM nasional sudah kompetitif dan memiliki konsistensi yang bagus.
"Kita harus fokus pada peningkatan promosi dan kemasan, karena secara fundamental, mutu dan konsistensi produk kita sudah bagus," ujar Thomas di Jakarta, Kamis (5/11).
Thomas menjelaskan, Kementerian Perdagangan telah memfasilitasi sekitar 22 ribu UKM dalam berbagai kegiatan, salah satunya melalui Pameran Pangan Nusantara dan Pameran Produk Dala Negeri (PPN-PPDN). Pameran tersebut dapat memperkuat program peningkatan daya saing UKM, antara lain legalitas kepemilikan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) untuk memudahkan akses pembiayaan.
Selain itu, ada pula fasilitasi peningkatan akses pasar dan promosi melalui kemitraan dengan ritel modern, forum dagang, dan bantuan sarana usaha pedagang mikro keci. Thomas mengatakan, Kementerian Perdagangan telah mendapatkan kenaikan anggaran promosi sebesar tiga kali lipat, dari Rp. 220 miliar menjadi Rp. 850 miliar per tahun.
Thomas menjelaskan, salah satu cara untuk meningkatkan promosi yakni mencoba berinovasi melalui sosial media. Menurutnya, di era kemajuan teknologi, promosi produk lebih mudah dilakukan melalui viral.
"Ini kan udah abad 21 dan cara-cara lama udah gak begitu relevan, jadi kita perlu melakukan cara-cara promosi yang ramah melalui sosial media," kata Thomas.
Sementara, untuk mendorong kemasan produk yang menarik, pelaku UKM harus memperhatikan produk-produk dari negara pesaing seperti Korea, Jepang, Singapura, dan Hong Kong. Menurut Thomas, untuk tahap awal pelaku usaha bisa meniru kemasan produk dari negara pesaing tersebut agar bisa ditandingi dan setelah itu baru dicari modifikasinya.
"Di era globalisasi ini kita harus belajar dan rajin mengamati tren di dunia," ujar Thomas.
Thomas optimistis, di tengah kondisi ekonomi global yang berat pelaku UKM di bidang makanan dan minuman dapat menjadi primadona ekonomi baru. Menurutnya, siklus ekonomi dalam sepuluh tahun ke depan lebih banyak kepada produksi barang yang memiliki keunikan seperti kerajinan. Sedangkan, barang produksi massal lambat laun trennya menurun.