EKBIS.CO, JAKARTA -- Kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah ternyata belum mampu menekan harga beras di pasaran yang masih melambung. Ketua Umum Aliansi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Hasan Basri mengaku, pemerintah seharusnya lebih tegas apabila memang akan melakukan impor.
Para pedagang berharap adanya operasi pasar dari beras yang telah diimpor untuk kendalikan harga lagi. Hasan menyebut kelangkaan beras kualitas menengah ke bawah atau beras golongan 2 dan 3 membuat spekulan memanfaatkan kondisi dengan memasok beras kualitas lebih tinggi.
"Harga beras kelas 2 dan kelas 3, harganya seharusnya 8000 rupiah. Stok yang ada sekarang ini di lapangan hanya ada yang medium ke atas saja. Harganya 9000 ke atas," jelas Hasan, Kamis (12/11).
Hasan menyebutkan, pedagang beras telah kehabisan stok beras kualitas menengah ke bawah dalam dua bulan terakhir ini. Padahal, beras yang dikenal dengan golongan 2 atau 3 ini konsumennya cukup banyak: masyarakat ekonomi lemah dan warung nasi kecil.
Ketiadaan beras kualitas menengah ke bawah menjauh konsumen mau tidak mau tetap membeli beras kualitas atas dengan harga lebih mahal. Sayangnya, Hasan tidak memiliki data berapa detil kebutuhan masyarakat akan beras kualitas menengah ke bawah.
"Dari situ kemudian ada upaya untuk impor barang ini dari Vietnam. Informasi 1 juta ton beras impor ini untuk operasi pasar. Tapi yang sampai baru beberapa puluh ribu ton saja. Impor yang sudah masuk belum mampu penuhi kebutuhan pasar," katanya.
Hasan khawatir, apabila pemerintah tidak segera memenuhi kebutuhan beras di pasar dengan beras kualitas menengah ke bawah, maka spekulan akan terus bermain dengan pasokan beras kualitas tinggi. Ini dikarenakan 92 persen beras yang ada dikuasai oleh pasar.
Sementara, kata Hasan, hanya 8 persen sisanya yang difungsikan oleh Bulog. "Itupun dengan kondisi saat ini, Bulog juga tidak mampu penuhi kebutuhan beras golongan 2 dan 3. Sekarang ini stok masih belum terpenuhi jadi harga belum turun," ujarnya.