Kamis 19 Nov 2015 14:32 WIB

Indonesia Tempati Posisi Kedua Setelah Cina untuk Investasi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Kepala BKPM Franky Sibarani
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Kepala BKPM Franky Sibarani

EKBIS.CO, MANILA -- Hasil survei lembaga Price Waterhouse Coopers (PwC) menunjukan 52 persen CEO perusahaan di Asia Pasifik dari 800 responden yang ada tertarik untuk meningkatkan investasinya di Indonesia.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyebut posisi Indonesia sebagai negara tujuan investasi ini merupakan tertinggi kedua setelah Cina yang mendapatkan respon sebanyak 53 persen.

"Jadi 52 persen menyatakan akan meningkatkan investasinya dan 38 persen lainnya bertahan pada nilai investasi yang sama. Ini merupakan presentase tertinggi setelah RRC," kata Franky di Manila, Filipina, Kamis (19/11).

Franky menyampaikan, posisi Indonesia saat ini di level yang sama dengan Amerika Serikat dan Vietnam. Bahkan, Indonesia mengungguli Singapura yang hanya mendapatkan respon sebanyak 46 persen dari responden CEO.

Sebanyak 68 persen investasi baru akan dikucurkan di wilayah APEC dan 32 persen lainnya ke wilayah lain di dunia. Menurut Franky, hasil survey tersebut menunjukan para CEO perusahaan negara APEC masih percaya dengan iklim investasi di Indonesia yang semakin kondusif. Ia menilai kepercayaan para CEO ini sangat penting, terlebih mengingat aliran modal asing yang masuk ke Asia Pasifik tergolong cukup tinggi.

Franky menjelaskan, dalam pertemuan APEC CEO Summit yang berlangsung di Manila, Filipina, Rabu (18/11) kemarin, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan upaya Indonesia melakukan deregulasi guna menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Berdasarkan data realisasi investasi BKPM, dalam lima tahun terakhir dari 20 negara teratas, anggota ekonomi APEC berkontribusi hingga 77,5 persen dengan nilai investasi hingga 76 milyar dolar AS.

Nilai investasi dari negara APEC pun tercatat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2010, realisasi investasi negara APEC sebesar 9,2 milyar dollar AS dan meningkat menjadi 10,5 milyar dollar AS pada 2011. Kemudian pada 2012, nilai investasi meningkat menjadi 12,8 milyar dan pada 2013 tercatat meningkatkan hingga 16,1 milyar dollar AS. Sedangkan, pada 2014 nilai investasi tercatat 15,1 milyar dollar AS. Pada 2015 hingga September, realisasi investasi mencapai 11,9 milyar dollar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement