EKBIS.CO, JAKARTA - Keputusan Medco Energi Internasional Tbk untuk mengambil alih 76 persen saham PT Newmont Nusatenggara dinilai menjadi bukti kemampuan korporasi dalam negeri untuk mengelola sumber daya alam di negeri sendiri. Medco juga bertekad untuk membangun smelter atau fasilitas pemurnian bijih di Nusa Tenggara Barat atau di lahan milik Medco di Banten.
Pengamat Energi Marwan Batubara menilai langkah yang diambil Newmont ini patut diapresiasi. Hanya saja, pemerintah seharusnya ikut bercermin bahwa harus ada porsi negara yang lebih besar di dalam keseluruhan saham Newmont.
"Langkah ini baik. Tapi lebih baik kalau siapa pun yang membangun smelter, pemerintah atau BUMN perlu ikut punya saham, supaya bisa ikut mengawasi jalanya usaha tersebut," ujar Marwan, Selasa (25/11).
Newmont sebelumnya masih ada tanggungan pelepasan saham sebesar 7 persen yang awalnya akan diambil oleh daerah. Terkait hal ini, Marwan mengingatkan lagi kepada Presiden Jokowi untuk mengambil sisa saham dari kewajiban divestasi Newmont ini.
"Sebetulnya divestasivestasi itu hal lain dibanding aksi Medco ini. Tapi pergilah divestasi, Jokowi harus tegas, pusat harus beli," kata Marwan.
Diberitakan sebelumnya, Medco Energi Internasional Tbk mempersiapkan pembangunan fasilitas pemurnian mineral atau smelter dalam rencana pengambilalihan 76 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara di Lapangan Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Presiden Direktur Medco Energi Internasional Tbk Arifin Panigoro menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli di Jakarta, Rabu (25/11), untuk membahas rencana dan teknis pengambilalihan saham termasuk pembangunan smelter.
"Memang ada salah satu yang saat ini sedang dibahas yaitu mengenai kesanggupan membangun smelter. Kami komit, begitu kami mulai ini dan kepemilikan berubah, smelter ini jadi proyek yang diutamakan," katanya.
Arifin menjelaskan pihaknya menyiapkan smelter berkapasitas produksi 500 ribu ton per hari dengan investasi sekitar 500 juta dolar AS hingga 600 juta dolar AS.
"Sekarang produksi sekitar 400 ribu ton, dengan ukuran tembaga karena emasnya di sana tidak banyak, jadi kami bangun kapasitas 500 ribu ton," katanya.