EKBIS.CO, JAKARTA -- Ahli Peternakan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Rochadi Tawaf sudah menilai gejolak harga daging sapi jelang akhir tahun merupakan dampak dari kebijakan pemerintah.
Kementerian Pertanian (Kementan) yang melakukan pengendalian impor daging sapi pada kuartal III 2015. Daging sapi impor kuartal III diagendakan untuk memenuhi pasokan daging nasional hingga akhir tahun.
"Ketika pada Juli-Agustus impor diobok-obok, dikurangi, padahal pasar dalam negeri belum siap, jadilah hari ini harganya tinggi," kata dia, Senin (7/12).
Harga daging sapi dikabarkan merangkak naik. Per Senin (7/12), harga daging sapi paha belakang Rp 122.500 per kilogram, sedangkan harga daging sapi murni Rp 110 ribu per kilogram.
Harga daging sapi yang tinggi saat ini, lanjut dia, merupakan konsekuensi yang harus ditelan akibat pengendalian impor di kuartal III 2015. Memang pemerintah sudah melaksanakan impor sapi di kuartal IV 2015, namun sapi dialokasikan untuk persediaan Januari 2016. Kesalahan tersebut jangan sampai diulangi, makanya pemerintah harus punya data pasokan dan permintaan daging sapi yang akurat dan valid.
Namun, ketersediaan daging sapi pasca ditetapkan kuota selama setahun pun tidak menjamin prosesnya lancar. Sebab, ia melihat Australia telah membuka pasar ke Cina dan Vietnam. Otomatis Indonesia harus berjaga agar tetap "kebagian" daging sapi impor dari Australia.
Pola operasi pasar (OP) untuk mengendalikan harga tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab masalah utamanya bukan harga, tapi pasokan daging sapi dalam negeri yang memang seret. Penekanan impor di kuartal III 2015 tidak boleh diulangi di 2016.
Perlu dilakukan perhitungan kuota impor daging sapi selama setahun, sembari pemerintah bersama masyarakat yang mempersiapkan pasokan sapi dalam negeri. Menyiapkan pasokan dan pasar, misalnya dengan program Sentra Peternakan Rakyat (SPR) memang bagus. Namun butuh waktu yang tidak sebentar.
Di samping itu, peran Bulog mesti diperkuat dari sisi pengadaan komoditas pangan non beras. Penguatan Bulog untuk menjaga ketahanan pangan jangan hanya menjadi wacana belaka. "Pembenahan Rumah Potong Hewan dan transportasi laut juga masih jadi pekerjaan rumah yang dipertanyakan realisasinya," ujar dia.
Ketika harga daging sapi tinggi, ia juga mengingatkan pemerintah agar tak melulu menekan peternak di sentra produksi. Ia kerap mendengar kabar, misalnya dari sentra produksi sapi di Nusa Tenggara Barat (NTT) bahwa harga sapi harus ditekan agar daging sapi menjadi murah di Jakarta. Jangan seolah-olah membela konsumen tapi menekan petani.