EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog mengevaluasi praktik pengadaan beras petani 2015, terutama dalam prosedur pemasukan beras dan kualitasnya.
"Memang ada beberapa kasus, karena itu harus dievaluasi dari mana asalnya beras tersebut, siapa mitra yang memasok dan bagaimana kondisinya," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu, Rabu (16/12).
Selama ini, kata dia, Bulog mendapat tuduhan tidak pernah membeli gabah, bahkan tidak pernah berhubungan dengan petani. Kualitas beras yang Bulog salurkan juga dinilai tidak layak konsumsi.
Ia mengakui, dalam pengadaan gabah dan beras banyak terkendala masalah, misalnya masih ditemukan beras tidak sesuai standar masuk ke gudang Bulog, mitra kerja tidak aktif dan loyal, dan sistem pemeriksaan kualitas tanpa standar.
Kendala lainnya yakni jumlah petugas yang melakukan pengawasan terhadap kualitas gabah dan beras. Infrastruktur juga tidak memadai dan harga di lapangan yang kerap terjadi gejolak.
Pengetatan prosedur pemasukan gabah pun akan dilakukan di 2016. Di samping itu, Bulog juga akan mendesain pengaturan kemasan beras. "Kemasan 15 kilogram (kg) hanya untuk keperluan penyaluran dua bulan, sisanya dalam kemasan 50 kg," kata dia.
Pengaturan tersebut juga dilakukan karena Bulog menyimpan beras dalam kemasan 15 kg dalam jumlah banyak seperti saat ini sulit dikawal dan mempertanggungjawabkan kualitasnya. Apalagi asal-usul beras sudah kabur. Dengan cara tersebut diharapkan akan lebih terjaga kualitasnya.
Ke depan, kata dia, sebelum beras tersebut disalurkan akan dilakukan pembersihan kotoran seperti batu. Kemudian, beras baru dikemas dalam karung 15 kg. Biaya proses ini akan ditanggung Bulog.
Untuk mengatasi kendala infrastruktur, Bulog akan membantu memperbaiki kemampuan penggilingan padi yang menjadi mitra Bulog. Kerja sama dengan mitra Bulog nantinya juga akan dilengkapi beberapa persyaratan administrasi, termasuk kemampuan produksi, data pembelian gabah ke petani, petani di mana dan luasannya. "Target kami tahun depan tidak ada lagi rakyat terima beras yang di bawah standar,” kata Wahyu.
Kepala Divisi Regional Perum Bulog Jawa Timur Witono optimis, kebijakan baru Bulog yang akan berlaku di 2016 membuat penyerapan beras lebih optimal dan akan menghasilkan pengumpulan beras yang baik kualitas dan kuantitasinya.
"Pada 2015, dari rencana pengadaan Divre Jatim sebanyak 950 ribu ton setara beras, yang sudah realisasi sebanyak 760 ribu ton atau 87 persen," kata dia. Sedangkan pengadaan komersial dari target 100 ribu ton sudah tercapai 270 ribu ton. Saat ini Bulog Divre Jatim tetap melakukan pengadaan di wilayah yang masih ada panen yang kualitas dan kuantitasnya sesuai standar Inpres Perberasan.