EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Komite Syariah World Halal Food Council (WHFC) Asrorun Ni'am Soleh mengatakan, produk halal Indonesia dapat tenggelam atau kalah bersaing jika pemerintah dan masyarakat tidak segera berbenah dalam segala hal soal meningkatkan daya saing produk.
"Di tengah kemudahan lalu lintas barang dan jasa di ASEAN saat MEA, produk halal yang beredar di dalam negeri dibanjiri tidak hanya berasal dari Indonesia sendiri tapi juga dari negara seperti Malaysia, Singapura dan Thailand," kata Ni'am di acara "Strategi Merebut MEA dengan Produk Halal" yang digelar, di Jakarta, Selasa (29/12).
Ni'am mengatakan Indonesia akan segera dibanjiri produk halal dari negara-negara jiran saat Masyarakat Ekonomi ASEAN diterapkan Januari 2016 sehingga perlu kesigapan Indonesia baik dari unsur pemerintah ataupun masyarakatnya.
Dia sendiri khawatir dengan produk halal Indonesia yang bisa saja kalah bersaing dengan produk halal dari negara lain yang cenderung siap menghadapi persaingan di era MEA nanti. Produk halal, kata Ni'am, sangat diminati masyarakat Indonesia. Maka perebutan pangsa pasar produk halal tidak hanya dilakukan internal dunia usaha Indonesia tapi lintas negara ASEAN.
Menurut dia, pelaku usaha Indonesia masih kalah sigap dari pengusaha negeri-negeri jiran dengan adanya pasar bebas di ASEAN. Salah satu tolok ukurnya, banyak produk Indonesia yang belum memiliki sertifikat halal.
Sebagian besar penduduk Indonesia atau 87 persen, merupakan Muslim sehingga produk halal akan memiliki segmen pasar tersendiri. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta, kata Ni'am, dapat menjadi potensi pasar produk halal sekaligus ancaman jika produk lokal tidak mampu berkompetisi.
Ni'am menilai, pelaku usaha dan pemerintah negara ASEAN, seperti Thailand, Vietnam, Singapura apalagi Malaysia sangat memperhatikan kepentingan konsumen. Khususnya dalam memasarkan produk makanan, minuman, jasa dan barang dengan jaminan produk halal.
"Kata siapa negara seperti Thailand tidak memperhatikan kehalalan produknya? Justru negara ini lebih memprioritaskan kehalalan produk yang akan dijualnya," kata Ni'am.