EKBIS.CO, JAKARTA — Kementerian Perdagangan menyampaikan, produk halal, produk ramah lingkungan, dan produk berkelanjutan akan mulai diminati dan menjadi primadona masyarakat global. Hal ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku usaha Indonesia pada 2024.
“Perdagangan global telah mengalami transformasi yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Pergeseran peran negara-negara maju dan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang juga telah membuka peluang perdagangan yang lebih besar,“ kata Plh Kepala Badan Kebijakan Perdagangan, Didi Sumedi, dalam keterangannya, Jumat (24/11/2023).
Didi melanjutkan, Kementerian Perdagangan fokus pada ekspor barang dan jasa bernilai tambah tinggi untuk meningkatkan produktivitas perekonomian dan mendukung peningkatan kinerja ekspor di tahun 2024. Salah satunya melalui kebijakan penguatan daya saing ekspor dalam mendukung ekonomi berkelanjutan.
Mengacu pada hasil Rapat Kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2023, ekspor nonmigas pada 2024 ditargetkan naik 3,3 persen 4,5 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dan neraca perdagangan surplus 22,5 miliar dolar AS.
Namun demikian, dengan memperhatikan tantangan perekonomian global saat ini dan perkiraan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan 2024, pertumbuhan ekspor dan surplus neraca perdagangan Indonesia di tahun tersebut diperkirakan dapat tumbuh lebih rendah dibandingkan target yang telah ditetapkan.
Mengacu pada proyeksi dari Tradingeconomics.com, ekspor Indonesia pada triwulan IV-2023 diperkirakan akan meningkat. Dengan kenaikan pada triwulan IV tersebut, penurunan total ekspor Indonesia pada 2023 diperkirakan akan berkurang menjadi 9,7 persen yoy. Adapun pada 2024, total ekspor Indonesia diperkirakan akan mencapai 306 miliar dolar AS atau naik 16,12 persen yoy.
Sementara itu, total impor Indonesia pada 2023 diperkirakan akan menurun sebesar 7,7 persen. Impor Indonesia diperkirakan akan mencapai 234,37 miliar dolar AS atau naik 6,93 persen yoy pada 2024.
Didi menambahkan, dari sisi perdagangan luar negeri, pergeseran mitra dagang utama Indonesia sudah mulai terjadi. Pada periode Januari-Oktober 2023, India menjadi mitra dagang utama Indonesia yang mencatatkan surplus perdagangan nonmigas terbesar mencapai 11,54 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat dan Filipina. Sementara produk utama penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, CPO, serta besi dan baja.
Kemendag turut mencatat, neraca perdagangan Indonesia masih dapat mempertahankan tren surplus sejak Mei 2020 atau selama 42 bulan berturut-turut. Pada Januari-Oktober 2023, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus sebesar 31,22 miliar dolar AS.
Meski surplus, kinerja perdagangan luar negeri Indonesia mengalami penurunan pada 2023. Pada periode Januari-Oktober 2023, ekspor Indonesia sebesar 214,41 miliar atau turun 12,15 persen dibandingkan Januari-Oktober 2022 yoy.
“Penyebab penurunan kinerja ekspor Indonesia antara lain dikarenakan penurunan harga beberapa komoditas dunia yang merupakan produk utama ekspor Indonesia serta adanya penurunan permintaan di negara mitra dagang utama Indonesia,” jelas Didi.
Adapun permintaan impor dari mitra dagang utama seperti RRC, Jepang, India, Vietnam, Singapura, dan Korea Selatan juga mengalami penurunan pada periode Januari-Oktober 2023 ini.