EKBIS.CO, JAKARTA -- Peluncuran satelit milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dipastikan meningkatkan efisiensi biaya operasional perusahaan. Rencananya, satelit BRI diluncurkan pada Juni 2016 di Guyana, Amerika Latin.
Direktur Risiko Kredit Aset Manajemen BRI, Randi Anto, menyebutkan selama ini BRI menyewa satelit untuk operasional perusahaan. Biaya sewa satelit per tahun mencapai Rp 535 miliar.
Sedangkan investasi pembelian satelit baru tersebut mencapai sekitar 265 juta dolar AS atau Rp 3,4 triliun. Dia memastikan, dalam tujuh tahun, BRI sudah bisa balik modal dengan adanya cost eficiency biaya sewa. Sementara umur satelit bisa mencapai 17 tahun.
“Jadi ketika Juni satelit diluncurkan, cost eficiency sangat besar dan service level agreement sangat tinggi kehandalan jaringan dan keandalan data terjaga kerahasiaan,” jelasnya dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu (6/1).
Selain cost eficiency, peluncuran satelit tersebut juga untuk menghadapi integrasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Menurutnya, BRI sudah memikirkan hal itu sejak 2013 untuk menciptakan entry barier untuk masuk ke daerah.
Sementara itu, Senior Executive Vice President IT Strategy and Satelite BRI, Hexana Tri Sasongko, mengatakan, saat ini proses persiapan peluncuran satelit mencapai 75 persen. Prosesnya telah masuk fase integrasi satelit dan lolos test thermal pada pekan lalu.
Kemudian pekan depan memasuki proses akustik test. Selanjutnya, butuh proses pengapalan sekitar dua minggu tiga pekan sampai akhir April atau awal Juni dan siap diluncurkan.
“Kemudian setelah untuk mencapai orbit butuh tujuh hari, untuk memastikan berfungsi dengan baik butuh tiga bulan. Kemudian masuk masa integrasi di-connect dengan network BRI yang sudah ada,” ungkapnya.