EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia dinilai harus mendayagunakan kelebihannya pada letak geografi untuk geopolitik ekonomi, luas wilayah, jumlah penduduk, dan kekayaan sumber daya alam. Mengabaikan kelebihan hal tersebut dinilai hanya akan memposisikan Indonesia sebagai obyek dari pergumulan ekonomi global tak berkesudahan.
“Pesannya adalah setiap negara yang fundamental ekonomi makronya rapuh pasti akan menjadi korban perang ekonomi,” kata pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy, Selasa (12/1).
Ancaman resesi 2016 akan menahan laju pertumbuhan ekonomi, menyurutkan putaran mesin perekonomian, dan memukul daya beli masyarakat. Situasi inilah yang mendorong Ichsanuddin memperbaiki proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016. Di hadapan Komisi XI DPR RI dan Komite IV DPD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 dan Nota Keuangan, dia memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 berkisar 4,8 persen hingga 5,2 persen. “Dengan kondisi internal yang efektivitas kebijakannya agak lemah, kini saya memroyeksi 4,8 hingga 5,0 persen,” ujarnya.
Ichsanuddin mengatakan upaya untuk mengatasi 11,2 persen kemiskinan, penurunan pengangguran menjadi 5,9 persen, dan menurunkan rasio ketimpangan (gini rasio) menjadi di bawah 0,432 menghadapi tantangan berat. Apalagi pasar domestik bakal lebih seru diserang karena efektifnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berarti soko guru perekonomian bangsa (UMKM dan koperasi) juga akan ketat bersaing dengan UMKM negara tetangga. Dia lantas mempertanyakan peranan negara dalam rangka memenuhi amanat alinea IV Kata Pembukaan UUD 1945.