EKBIS.CO, JAKARTA -- Penurunan harga minyak dunia secara terus menerus bisa memberi dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Ada tiga dampak utama yang akan dirasakan Indonesia akibat hal tersebut.
Dampak pertama yakni penurunan kinerja ekspor. Nilai ekspor migas sampai saat ini masih dominan dalam total nilai ekspor Indonesia. Dampak kedua, Terkait penurunan realisasi penerimaan pemerintah dalam APBN. "Penerimaan migas bagaimanapun masih merupakan salah satu sumber utama penerimaaan negara," ujar pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Akhmad Akbar Susanto kepada Republika.co.id, Selasa (12/1).
Dampak ketiga dari penurunan harga minyak yang terus menerus yaitu penurunan realisasi penerimaaan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari pajak penghasilan (PPh) minyak dan gas.
Harga minyak dunia telah jatuh di bawah 32 dolar AS per barel pada Senin (Selasa pagi WIB). Di perdagangan New York, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari merosot 1,75 dolar AS menjadi berakhir di 31,41 dolar AS per barel, tingkat yang terakhir disaksikan pada 23 Desember 2003.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari, turun 1,61 dolar AS menjadi menetap di 31,55 dolar AS per barel, penutupan terendah yang terakhir terlihat pada April 2004. Harga sudah anjlok sebesar 10 persen pekan lalu karena kekhawatiran tentang Cina sebagai konsumen energi terbesar di dunia, melampaui laporan ketenagakerjaan AS yang kuat.