EKBIS.CO, JAKARTA -- Meski neraca perdagangan sepanjang tahun 2015 mengalami surplus, tetapi defisit perdagangan mulai menghantui Indonesia pada tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan selalu mengalami defisit pada dua bulan terakhir di 2015. Pada November, neraca perdagangan mengalami defisit 346,4 juta dolar AS yang merupakan defisit pertama di tahun lalu. Sedangkan, pada Desember terjadi defisit 230 juta dolar AS.
Defisit pada November-Desember 2015 terjadi karena ada lonjakan impor. Meskipun ekspor juga mengalami peningkatan, tetapi kenaikannya tidak mampu mengimbangi nilai impor. Pada Desember, nilai ekspor tercatat 11,8 juta dolar AS atau naik 6,98 persen dari November 2015. Sementara nilai impor tercatat 12,1 juta dolar AS atau meningkat 5,23 persen terhadap November.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, defisit perdagangan tidak selalu bermakna negatif. Menurut dia, defisit membuktikan bahwa ekonomi Indonesia mulai bergerak.
"Kalau ekonomi membaik, impor akan naik. Tapi memang ekspor kita belum bisa naik signifikan," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat (15/1).
Darmin menjelaskan, ekspor sulit melonjak karena ekonomi global belum pulih. Hal ini akan mempengaruhi permintaan dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Selain itu juga karena harga komoditas yang masih akan tetap rendah di tahun ini.
Karena itu, Darmin memperkirakan tren defisit yang terjadi dalam dua bulan terakhir di 2015 akan berlanjut pada tahun ini.
"Arahnya begitu, akan defisit. Karena ekonomi kita mulai bergerak, tapi ekonomi global belum pulih sepenuhnya," kata dia.