Senin 18 Jan 2016 00:01 WIB

BEI Seleksi Tenaga Profesional Pasar Modal

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nur Aini
Seorang karyawan melintas didekat layar elektronik pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (11/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang karyawan melintas didekat layar elektronik pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (11/9).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Selain harus masif melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat, pasar modal Indonesia dinilai juga dituntut harus memiliki tenaga profesional yang kompeten agar mampu menjawab tantangan masa depan. Sampai saat ini jumlah tenaga profesional di industri pasar modal Indonesia yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan bisnis pasar modal masih minim.

Sejak 2012, Indonesia sudah memasuki era bonus demografi. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan puncak bonus demografi akan tercapai pada periode 2028 sampai dengan 2030 dengan angka beban ketergantungan yang menyentuh nilai terendah sebesar 46,9 poin.

BPS memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia di 2015 mencapai 255,5 juta jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahunnya mencapai 1,38 persen.

Dari jumlah itu, sebagian besar atau sekitar 48,8 persennya berada dalam kelompok umur muda. Ini artinya kesempatan perekonomian Indonesia untuk lebih maju dan berkembang dengan lebih pesat lagi sangatlah besar.

Berdasarkan studi Bank Dunia menunjukkan bonus demografi berkontribusi sekitar 30 persen terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi di Asia, termasuk di Indonesia. Sayangnya, berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2013, baru sekitar seperlima penduduk Indonesia atau 21,84 persen yang memiliki kategori melek pengetahuan keuangan.

"Tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap pasar modal dan tingkat utilitas produk pasar modal sendiri tercatat masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan 5 industri jasa keuangan lainnya di Indonesia," ungkap Kepala Divisi Komunikasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Dwi Shara Soekarno melalui pernyataan resminya, Sabtu (16/1).

Dengan mempertimbangkan hal-hal itu, BEI, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyelenggarakan Capital Market Professional-Development Program (CMP-DP). Program yang pertama kali diluncurkan dalam pembukaan Investor Summit and Capital Market Expo 2015 9 November 2015 lalu ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan mengembangkan karir profesional di industri pasar modal Indonesia khususnya di Self Regulatory Organization (SRO).

Program yang baru dilaksanakan pertama kali ini memiliki jumlah pelamar yang mencapai 4.200 orang dari seluruh Indonesia. Seleksi tahap awal dilakukan dengan menggelar tes tertulis yang dilaksanakan serentak pada 16 Januari 2016 di 20 kota di Indonesia yakni Jakarta, Balikpapan, Aceh, Bandung, Banjarmasin, Batam, Denpasar, Jambi, Jayapura, Lampung, Makassar, Manado, Medan, Padang, Palembang, Pontianak, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Riau.

Calon kandidat yang lulus dalam tes tertulis akan mengikuti serangkaian tes lainnya sampai dengan terpilihnya sekitar 30 orang terbaik yang akan mengikuti 12 bulan program pengembangan dan enam bulan on the job training.

Nantinya setiap lulusan CMP-DP akan ditempatkan untuk bekerja di tiga lembaga SRO dan afiliasinya. "Dengan semakin banyaknya ketersediaan tenaga profesional di pasar modal, diharapkan dapat semakin menumbuhkembangkan industri pasar modal dalam beberapa tahun mendatang, sehingga mimpi pasar modal Indonesia untuk menjadi yang paling besar di kawasan Asia Tenggara maupun Asia dapat terwujud di masa depan," ungkap Dwi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement