EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga minyak melonjak melampaui 30 dolar AS per barel di perdagangan Asia pada Jumat (22/1) setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengisyaratkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut untuk membantu ekonomi zona euro yang kesulitan. Tetapi para analis memperkirakan kelebihan pasokan global yang kian memburuk akan membatasi kenaikan harga minyak.
Pernyataan Gubernur ECB Mario Draghi tentang kemungkinan menambah langkah-langkah stimulus moneter bisa terjadi secepatnya pada Maret, telah mengangkat pasar global. Pada sekitar pukul 07.30 GMT, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 1,31 dolar AS atau 4,44 persen menjadi diperdagangkan pada 30,84 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent naik 1,52 dolar AS atau 5,2 persen menjadi 30,77 dolar AS per barel.
Pada Kamis, Brent meguat lima persen dan WTI melonjak lebih dari empat persen, setelah Draghi memberi sinyal bahwa stimulus lebih besar akan datang. Emas hitam juga mendapat dorongan oleh laporan yang menunjukkan stok AS pekan lalu tidak naik sebanyak seperti yang diperkirakan.
Awal pekan ini, WTI merosot ke tingkat 26,19 dolar AS dan Brent jatuh di bawah 28 dolar AS, di posisi terendah lebih dari 12 tahun. Harga minyak mentah telah terpukul dalam tiga minggu terakhir, jatuh sekitar 75 persen dalam 18 bulan akibat kelebihan pasokan, permintaan lemah, kelebihan produksi, dan pelambatan ekonomi global. Kembalinya minyak mentah Iran ke pasar setelah pencabutan sanksi-sanksi Barat, turut menekan pasar.
Namun para analis mengatakan, masih belum jelas apakah rebound yang dipicu ECB ini akan bertahan. "Jika pelaku pasar masuk ke dalam minyak karena harapan stimulus ECB, maka pergerakan naik tidak akan berkelanjutan, mengingat bahwa kelebihan pasokan akan mendesak kembali dengan lebih cepat," ujar Bernard Aw, analis pasar di IG Markets di Singapura.
Dia memperingatkan terhadap ekspektasi bahwa harga minyak telah mencapai tingkat terbawahnya.
"Itu pada akhir pekan, dan selama tiga minggu terakhir, pasar telah menempatkan para analis di posisi sulit yang mengatakan bahwa kita akan melihat rebound," ujarnya.