Kamis 28 Jan 2016 22:39 WIB

Indonesia akan Manfaatkan Investasi Cina

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan tentang realisasi sementara APBNP 2015, di Jakarta, Rabu (27/1).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan tentang realisasi sementara APBNP 2015, di Jakarta, Rabu (27/1).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah akan mengambil kesempatan pada arah perubahan struktur ekonomi Cina dari perdagangan menjadi investasi, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2016.

"Ada dua strategi yaitu mengubah strategi ekspor ke Cina, lalu menarik investasi langsung asing (FDI) dari Cina," kata Bambang di Jakarta, Rabu (27/1).

Menurutnya, meskipun mengalami keterlambatan ekonomi, Cina tetap masih dalam kondisi yang kuat. Negara tersebut mampu mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9 persen pada 2015. Diperkirakan ke depan negara tersebut masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

"Cina ke depannya bisa menjadi nomor 1, sehingga pemerintah Indonesia harus menjaga hubungan bilateral yang baik," ujar Bambang.

Bambang menjelaskan, di masa lalu Indonesia hanya mengandalkan ekspor komoditas mentah, seperti batu bara, minyak sawit dan sumber daya lain, tanpa fokus terhadap produk jadi dan barang konsumsi untuk diekspor. Sementara negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam sudah mengekspor produk jadi ke Cina. Sehingga ketika Cina mengalami perlambatan ekonomi, ekspor-ekspor negara tersebut ke Cina mengalami peningkatan.

"Ini sedikit ironis, Cina melambat tapi ekspor ke Cina malah meningkat. Artinya mereka sudah melakukan strategi yang benar dalam ekspor. Sementara, ekspor Indonesia dalam PDB pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang negatif karena permintaan yang rendah dari China," jelas Bambang.

Menurutnya, pola hubungan ekonomi Indonesia-Cina yang didominasi perdagangan harus diubah menjadi pola hubungan investasi. Apalagi, realisasi investasi Cina 10 persen lebih rendah dibanding Jepang yang menduduki urutan pertama sekitar 40-50 persen, dengan 10 investasi yang terealisasi dari 100 komitmen investasi Cina.

"Jadi, kalau Cina dan Indonesia punya hubungan yang baik dalam investasi maka itu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kedua negara, termasuk dunia. Untuk itu bagaimana kita bisa membuat komitmen investasi dari Cina menjadi realisasi," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement