EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, pemusnahan uang kertas pada 2015 mengalami peningkatan sebesar 13,89 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Selain dari uang tabungan masyarakat di bank, uang tidak layak pakai umumnya banyak ditarik dari daerah-daerah terpencil.
Pemusnahan uang rupiah ini diatur dalam PBI Nomor 18/1/PBI/2016 tentang jumlah dan Nilai Nominal Uang Rupiah yang Dimusnahkan Tahun 2015. Dalam peraturan itu disebutkan, sepanjang tahun 2015 uang kertas yang dimusnahkan sebanyak 5,92 miliar bilyet dan 19,47 juta keping atau dengan nominal Rp 160, 25 triliun.
Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI, Suhaedi, mengatakan peningkatan pemusnahan uang kartal ini akibat meningkatnya soil level atau standar kelusuhan uang dari yang sebelumnya 6 pada 2014, level 7 pada Januari 2015 hingga 8 pada Juli 2015.
"Kita akan terus meningkatkan kualitas uang rupiah yang beredar supaya sebanding dengan uang negara maju. Kita belum bisa sekaligus, tapi bertahap ditingkatkan levelnya," kata Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Suhaedi di Bank Indonesia,Jakarta, Selasa (2/2).
Mekanisme penggantian uang tersebut yaitu Bank Indonesia akan menerima uang yang disetorkan masyarakat melalui tabungan ke bank umum. Kemudian bank umum akan mengganti uang yang tidak layak pakai dengan uang baru yang memenuhi standar kelayakan. Selain dari penyetoran tabungan, masyarakat juga dapat menukarkan langsung uang mereka ke kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia atau kas keliling yang disediakan di daerah terpencil.
"Nanti uang yang berada di bawah level 7 dan 8 akan diracik atau dimusnahkan," kata Suhaedi.
Menurut Suhaedi, daerah terpencil seperti di pulau-pulau atau daerah perbatasan umumnya memiliki uang yang tidak layak pakai. Sebab, di daerah beberapa daerah yang sarana transportasinya perlu kapal laut dan jauh, belum tersedia sarana perbankan. Sehingga, untuk meningkatkan kualitas uang yang beredar, BI bekerja sama dengan TNI AL, POLAIR, Pelni dan pesawat perintis yang menyediakan kas keliling di daerah-daerah terpencil.
"Daerah kepulauan tingkat kelusuhannya sudah sangat tinggi. Makanya kita lakukan perluasan ke daerah, kita buka kantor-kantor kas titipan, kas keliling. Di kepulauan seribu contohnya, kita kerja sama penyediaan kas keliling di situ," ujarnya.