EKBIS.CO, JAKARTA -- Dirut PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan mengklaim, belum pernah ada perusahaan swasta yang 100 persen mengerjakan proyek kereta api di Indonesia. Keberanian KCIC yang ia katakan memegang penuh proyek ini tanpa adanya jaminan dari pemerintah terkait pendanaan, tak lepas dari adanya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) pada 2013 yang menyatakan proyek infrastruktur itu berasal dengan persentase 70 persen swasta dan 30 persen pemerintah.
"Sudah ada rencana Jakarta-Surabaya, tapi lebih visibel kalau (ke) Bandung. Swasta 100 persen, kerja sama pemerintah swasta (sebelumnya) pun belum ada. Kami beranikan diri masuk ke sini, jadi standar dan prototype. Ternyata perjuangannya berat sekali, Tapi show must go on bahwa kereta cepat Jakarta-Bandung harus dilaksanakan," ujarnya dalam konferensi pers mengenai kereta cepat di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (4/2)
Staf Khusus Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol menilai, kehadiran kereta cepat akan menumbuhkan pusat ekonomi baru di daerah-daerah koridor Jakarta-Bandung seperti Walini, Karawang, dan Tegalluar. Walini misalnya, ia menyebut, konsep Walini nantinya akan dibangun dengan model Green Concept dan dibuat sejumlah pusat-pusat hiburan seperti Disneyland, hingga pusat musikal. Untuk Karawang, membantu para pebisnis dalam mengembangkan usahanya mengingat waktu tempuh yang dicapai jauh lebih singkat jika menggunakan kereta cepat. Sedangkan Tegalluar sendiri, lanjut dia, akan dibangun LRT untuk akomodasi Bandung Raya, dengan begitu wilayah Bandung Raya nantinya bisa menjadi kota metropolitan seperti Jabodetabek.
"Ini nanti yang akan menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar lagi, setelah dibangun dan operasi pada 2019 di sinilah pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, jadi pertumbuhan ekonomi akan didorong kereta cepat semua akan diraih dalam jangka waktu yang singkat tidak hanya orangnya tapi juga barangnya," ucapnya ditempat yang sama.
Ia menegaskan, pembangunan kereta cepat ini tidak hanya akan menguntungkan para pelaku usaha besar saja, melainkan juga bagi para pelaku usaha kecil menengah. Masyarakat sekitar, kata Sahal, dapat membuat usaha baru seperti souvenir, wisata budaya, yang akan menarik minat para wisatawan.
"Akan ciptakan usaha bisnis baru, masyarakat sekitar bisa berkreasi. Jangan salah tafsir kalau maju yang tumbuh hanya yang besar saja, usaha-usaha kecil akan terbantu tinggal kreativitas saja, isu-isu souvenir budaya jadi atraksi yang bagus bagi pendatang baru," katanya menambahkan.