EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama PD Dharma Jaya Marina Ratna Dwi Kusumajati menilai pengangkutan sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Jakarta menggunakan kapal ternak tidak efisien. Dia mengatakan daripada mengangkut sapi hidup, sebaiknya pengiriman sapi dalam bentuk daging beku. Selain lebih efisien, cara tersebut dapat membuat usaha pemotongan daging di NTT berkembang.
"Jika niatnya benar ingin memajukan peternak lokal, bisa dilakukan dengan ini, karena di NTT juga ada bisnis breeding, pembiakan, fetening hingga pemotongan," kata dia pada diskusi Bincang-Bincang Agraria pekan ini.
Ia menguraikan, satu ekor sapi NTT yang diangkut dengan Kapal Camara memakan biaya Rp 1,2 juta. Kapal ternak mensubsidi Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu per ekor. Hal itu memang tampak menjadi efisien, tapi tetap ada uang keluar dari kantong negara. Sesampainya di Jakarta pun keberadaannya tak lantas menurunkan harga sapi karena jumlahnya yang terbatas.
Kemudian, sebab ketersediaan sapi lokal masih terbatas, pasokan harus didukung dari pengadaan impor. Ia pun meminta semua pihak sepakat membangun peternak lokal dan bukannya jadi bahan politisasi.
Menyoal pengangkutan daging beku dari sentra produksi ternak ke Jakarta, General Manager Internasional MIF Logistics and Forwarding Meratus Group Joslin Aritonang menerangkan teknologinya. "Pengiriman ternak atau daging seharusnya diawali dengan studi menyeluruh soal pembiayaan dan pengiriman sampai ke Jakarta," kata dia.
Dia mengatakan, terdapat teknologi bernama river container, di mana pengiriman daging beku dari NTT ke Jabodetabek terlaksana dengan efisien dan menekan biaya kontainer. Kapasitas kontainer yakni 24 ton lengkap dengan teknologi penjagaan kualitas. Daging yang diangkut dikenai biaya Rp 100 ribu per kilogram. "Biayanya hanya Rp 60 juta untuk 20 ton," katanya.
Di sisi lain, usaha pemotongan sapi di sentra peternakan bisa berkembang dan terintegrasi sehingga lebih efisien. Praktik tersebut menurut dia juga lebih baik dari pada mengimpor daging beku.