EKBIS.CO, DEPOK -- Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) diharapkan bisa mengambil peran untuk mengelola dana desa. Ketua Asosiasi BMT Se-Indonesia (Absindo) Aries Muftie memperkirakan ada 5.000 BMT di Indonesia. Jika tiap BMT punya empat cabang ada 20 ribu cabang BMT dan jika tiap BMT punya 100 nasabah saja, ada dua juta nasabah BMT.
"Desa dikucuri dana lebih dari Rp 1 miliar, apakah desa bisa berubah? Bisa, tapi tidak optimal jika tidak ada yang mengelola. Harus ada lembaga keuangan desa entah BMT, koperasi atau lembaga sejenis yang bisa mengelola," ujar dia, dalam seminar Islamic Economic Days di STEI SEBI, Ahad (6/3).
Program Desa Emas yang digarap bersama organisasi ekonomi syariah seperti MES, ICMI, dan IAEI, Aries berharap 74.754 desa yang ada bisa jadi desa mandiri yang punya tujuan syariah dan pancasila. Program ini adalah replikasi program serupa di Korea Selatan dan Jepang. Pelaksana program Desa Emas sudah bekerja sama dengan tujuh universitas Korsel dan tiga universitas Jepang untuk membantu model pembekalan.
Ada lima kegaiatan utama dalam program ini yakni bina karakter, bina saudara untuk memulai usaha mikro, bina sinergi dan toleransi, bina dana dan investasi yang diwujudkan dengan pembentukan lembaga keuangan desa, serta bina produk dan pasar. Fokus di sana hanya dua, kata Aries, optimisme dan baik sangka.
"Diharapkan lima pilar ini bisa membuat pemanfaatan dana desa jadi optimal. Karena itu harus menghidupkan dulu sektor riil desa," ujar dia.
Saat ini ada 200 desa percobaan program Desa Emas baik melalui kepala daerah maupun bekerja sama dengan universita-universitas di jejaring MES dan IAEI. Selain itu, para calon pembina Desa Emas juga bisa menawarkan diri dengan mengajukan aplikasi di laman Desa Emas.