EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia dinilai harus mencari komoditas baru untuk diekspor agar bisa bersaing dalam kondisi ekonomi dunia yang lemah. Hal ini untuk merealisasikan target pertumbuhan ekspor berada di double digit atau sekitar 10,4 persen tahun depan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menuturkan, Indonesia sebagai negara ASEAN memiliki pesaing yang cukup ketat. Apalagi sesama negara ASEAN memiliki produk komoditas ekspor yang hampir mirip. Dengan nilai komoditas yang masih lemah akibat pelemahan global, sudah pasti produk ekspor Indonesia pun makin bersaing dengan negara tetangga.
Kondisi ini akhirnya memaksa sejumlah negara ASEAN harus mencari komoditas baru yang bisa berdaya saing di saat kondisi ekonomi lesu. Melalui komoditas baru, harapannya akan ada tumbuh pasar baru yang bisa menerima produk dari Indonesia.
"Salah satu yang dimiliki Indonesia tapi kurang dimiliki negara lain adalah produk dari perkebunan maupun perhutanan," ujar Enny, Senin (7/3).
Pengembangan komoditas tersebut, kata Enny, cukup baik jika pemerintah melakukan pengembangan secara serius. Sebab tak banyak negara yang memiliki hasil perkebunan dan perhutanan sebaik Indonesia. Bahan baku yang mayoritas ada di dalam negeri membuat industri ini tidak akan terlalu tergantung dari bahan baku penolong yang biasanya harus diimpor.
Selain perkebunan dan perhutanan, sektor pertanian dan perikanan juga menjadi dua hal yang bisa dikembangkan secara serius untuk menghasilkan komoditas baru dalam menunjang ekspor nonmigas.
Di sisi lain, peningkatan produk kreatif dari usaha mikro kecil menengah (UMKM) juga wajib mendapatkan perhatian khusus. Semakin membludaknya produk usaha ini memungkinkan adanya produk yang bisa memiliki nilai jual lebih untuk dipasarkan hingga ke luar negeri.
"Sebenarnya potensi mereka (UMKM) tinggi, tapi mereka belum memiliki akses pasar dan tersertifikasi secara baik. Nah ini juga harus diperbaiki," kata Enny.
Dalam mencari komoditas baru untuk ekspor nonmigas berkepanjangan, Enny juga meminta agar sejumlah kementerian terkait bisa melangkah bersama untuk fokus dalam mengeluarkan komoditas ekspor baru bernilai jual tinggi. Pemerintah harus menjalankan perbaikan dari hulu hingga hilir dan memperbaiki akses industri sehingga komoditas yang dijual bisa berdaya saing dan dimanfaatkan banyak negara.
"Koordinasi dari kementerian teknis seperti di Kementerian Koordinator (Menko) dan menterinya harus melakukan sinergisitas. Sehingga kita tidak lagi mendengar kegaduhan yang dinikmati orang lain," ujarnya.