EKBIS.CO, BOGOR -- Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan kenaikan harga beras di Tanah Air masih berpeluang terus terjadi.
“Harga beras masih relatif sangat tinggi dan masih akan terus naik,” kata Dwi yang juga Guru Besar Isntitut Pertanian Bogor (IPB) kepada Republika.co.id, Jumat (11/3).
Ironisnya, kata Dwi, di sisi lain ada ketidaksesuaian dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang rendah. Dwi menjelaskan, HPP gabah di tingkat usaha tani hanya Rp 2.900 per kg sampai Rp 3.900 per kg.
“Biasanya dalam keadaan seperti ini, HPP gabah rendah seharusnya harga beras bisa ikut turun bukan malah ada di beberapa daerah masih mengalami kenaikan,” tutur Dwi.
Belum lagi, kata dia, dalam waktu dekat akan memasuki musim panen yang diperkirakan puncaknya pada April mendatang. Dwi menilai aneh jika GPP gabah rendah, lalu menjelang musim panen, namun harga beras masih ada yang naik.
Sementara itu, jika permasalahan tersebut dikaitkan dengan kartel beras tentu merupakan suatu hal yang berbeda. Dwi menganggap, permasalahn kartel tidak membicarakan sistem perdagangan yang umum dalam persoalan beras.
“Kalau kartel ini kan meliputi perjanjian perusahaan besar dan penetapan harga untuk mengendalikan produksi, nah itu kartel,” ungkap Dwi.