EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Rudi Halim mengatakan, investor Cina sangat tertarik untuk menjajaki investasi di sektor mebel dan kerajinan. Sebab, nilai fiskal di negeri Tirai Bambu tersebut sudah terlampau tinggi sehingga sulit untuk bersaing.
"Investor Cina ini sulit bersaing karena upah buruh disana meningkat terus, bahkan sudah mencapai 300 sampai 400 dolar AS per bulan sehingga daya saingnya hilang," ujar Rudi di Jakarta, Ahad (13/3).
Rudi menambahkan, Indonesia menjadi daya tarik bagi investor Cina karena memiliki pangsa pasar yang besar dan bahan baku mebel melimpah, salah satunya yakni rotan. Menurutnya, investor Cina tersebut juga tertarik untuk mengembangkan industri rotan, apalagi Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar. Oleh karena itu, kedatangan industri mebel Cina akan memperkuat kapasitas industri mebel dan kerajinan nasional.
Dengan kondisi fiskal di Cina yang sudah melampaui Indonesia, maka pengusaha asal negeri Tirai Bambu tersebut mulai keluar untuk mencari tempat investasi baru. Rudi menjelaskan, sebagian pengusaha mebel Cina sudah ada yang pindah ke Vietnam. Namun, melirik pangsa pasar Indonesia yang lebih besar maka pengusaha Cina mulai ancang-ancang untuk mengalihkan investasinya. Menurut Rudi, kehadiran investor Cina ini tidak akan mengancam para pelaku usaha mebel dan kerajinan lokal karena pasar Indonesia sangat besar.
Rudi menjelaskan, nilai ekspor mebel Indonesia pada 2015 mencapai 1,9 juta dolar AS sedangkan Vietnam sekitar 6,8 miliar dolar AS. Besarnya nilai ekspor mebel Vietnam tersebut didorong oleh adanya peningkatan investasi mebel asal Taiwan dan Cina. Rudi berharap, penjajakan investor Cina tersebut nantinya bisa bermitra dengan pelaku usaha lokal di Indonesia.
"Harusnya dengan investor masuk ke sini kita bisa belajar dan berkembang. Toh, nantinya yang bekerja anak bangsa juga," kata Rudi.