Selasa 22 Mar 2016 20:02 WIB

WTTC: Bisnis Pariwisata Kian Meroket 10 Tahun ke Depan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Maman Sudiaman
 Wisatawan menyelam di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Wisatawan menyelam di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Industri pariwisata mendorong pertumbuhan ekonomi global berkat penambahan 7,2 juta lapangan kerja di seluruh dunia sepanjang tahun lalu. Laporan the World Travel & Tourism Council (WTTC) menunjukkan sektor ini secara total menopang 284 juta lapangan kerja atau satu dari 11 lapangan pekerjaan terbesar di dunia.

Laporan WTTC lebih lanjut memproyeksikan industri pariwisata akan terus menunjukkan tren peningkatan hingga 10 tahun ke depan. Industri ini bahkan bisa tumbuh di angka empat persen per tahun secara global.

"Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tantangan bisnis pariwisata tahun lalu, sektor ini tetap tumbuh 3,1 persen, berkontribusi total 9,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) global," kata Presiden dan CEO WTTC, David Scowsill, dilansir dari Fox Business, Selasa (22/3).

Scowsill menilai serangan teror, wabah penyakit, fluktuasi mata uang, dan tantangan geopolitik memang berdampak pada kondisi suatu negara atau wilayah regional. Meski demikian, industri pariwisata di tingkat global tetap menunjukkan peforma kuat.

Pertumbuhan bisnis perjalanan wisata yang menggiurkan bagai sebuah kejutan mengingat baru-baru ini telah terjadi teror di Paris, wabah ebola, hingga ancaman virus zika. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahkan mengonfirmasi terdapat 116 kasus virus zika di Amerika Serikat (AS).

Sejumlah negara mencatat pertumbuhan sektor pariwisata melampaui pertumbuhan ekonomi nasional pada 2015, seperti Islandia, Jepang, Meksiko, Selandia Baru, Qatar, Saudi Arabia, Thailand, dan Uganda. 

Sepuluh wilayah dengan perkembangan sektor pariwisata paling pesar adalah Asia Tenggara (7,9 persen). Berikutnya Asia Selatan (7,4 persen), Timur Tengah (5,9 persen), Karibia 5,1 persen), Sub-Sahara Afrika (3,3 persen), Amerika Utara (3,1 persen), Eropa (2,5 persen), Asia Timur Laut (2,1 persen), Amerika Latin (1,5 persen), dan Afrika Utara (1,4 persen).

Penelitian juga mengungkapkan penguatan dolar AS berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis perjalanan luar negeri dan wisata belanja di Negeri Paman Sam yang meningkat 6,3 persen pada 2015. Penguatan dolar AS ini di sisi lain juga membatasi perjalanan wisatawan asing ke AS sehingga sedikit memberi tekanan pada perusahaan-perusahaan lokal. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement