Ahad 03 Apr 2016 19:49 WIB

Pemerintah Pertimbangkan Gelar Operasi Pasar Beras

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Nur Aini
Warga membeli beras saat operasi pasar di Kantor Kemendag, Jakarta, Ahad (21/6). (Republika/Tahta Aidilla)
Warga membeli beras saat operasi pasar di Kantor Kemendag, Jakarta, Ahad (21/6). (Republika/Tahta Aidilla)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Meski Indonesia tengah menikmati masa panen, harga beras di sejumlah daerah justru melonjak. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) sedikitnya 24 dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK) merasakan kenaikan ini. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan, kenaikan harga beras di masa panen raya memang menjadi anomali. Sebab sejumlah daerah yang menjadi lumbung beras seperti di Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan justru mengalami kenaikan harga.

Musdhalifah menilai adanya sejumlah kota yang mengalami kenaikan harga dimungkinkan karena kota ini belum mendapatkan suplai beras tambahan. Sebab selain kota yang memiliki lahan padi, kota yang mengalami kenaikan juga merupakan kota yang tidak banyak memiliki lahan padi.

 "Ini juga bisa karena beras yang dihasilkan pada masa panen masih mengalami proses untuk menjadi beras. Baik dikeringkan maupun digiling untuk menjadi beras. Setelah itu baru petani bisa menjual berasnya," kata Musdalifah, Ahad (3/4).

Dengan kondisi ini Musalifah akan berkoordinasi kembali dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait untuk membicarakan hal tersebut. Dia pun memberikan sinyal bahwa pemerintah di daerah akan diintruksikan untuk melakukan operasi pasar di sejumlah kota yang mengalami kenaikan agar harga komoditas pangan, bukan hanya beras, bisa berada di harga normal.

 "Kalau melihat hal ini, kita akan segera melakukan operasi pasar," kata Musdhalifah.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintahan saat ini sedang mendalami bagaimana alur produksi beras dan jalur distribusinya ke semua daerah yang membutuhkan.  Darmin menyebut, pendistribusian barang komoditas pun sudah bisa lebih tajam dan terarah. "Ini lagi dibuat simulasi, nanti akan kelihatan dimana bolong-bolongnya, yang tadinya kita belum menemukan dengan percis," kata Darmin, Jumat (1/4).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement