EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, investor Korea Selatan berminat untuk mendirikan pabrik komponen listrik senilai 12 juta dolar AS. Investor tersebut mempertimbangkan dua provinsi sebagai lokasi investasi yakni di Provinsi Jawa Barat atau Provinsi Jawa Tengah.
Franky menambahkan, perusahaan asal Korea Selatan tersebut berencana untuk memproduksi peralatan untuk pembangkit listrik. Menurutnya, minat yang disampaikan oleh perusahaan Korea Selatan tersebut cukup serius karena CEO dari perusahaan langsung mengunjungi dua provinsi di Indonesia untuk memilih lokasi pabrik.
"Untuk provinsi Jawa Barat maupun provinsi Jawa Tengah kami akan arahkan ke kawasan industri KLIK yang prospektif," ujar Franky dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/4).
Franky mengatakan, minat investasi tersebut tidak lepas dari rencana program pemerintah utk membangun powerplant 35 GW dalam lima tahun kedepan. Kehadiran investor juga mendukung kebijakan pemerintah untuk mendorong penggunaan local content sehingga perusahaan yang biasanya mengekspor produknya ke Indonesia dapat mulai mengalihkan usahanya dengan membangun pabrik.
Franky menjelaskan, setelah investor mendapatkan lokasi lahan yang cocok, diharapkan dapat segera mengurus izin investasi dengan fasilitas layanan investasi 3 Jam. Selain itu, perizinan akan lebih cepat lagi kalau investasinya berlokasi di kawasan industri KLIK karena dapat langsung melakukan konstruksi sekaligus mengurus izin yang diperlukan.
"Perusahaan Korea Selatan tersebut tidak hanya berminat untuk investastasi di bidang pembangkit listrik saja, namun juga value chain distribution di bidang-bidang yang terkait dengan listrik," kata Franky.
Berdasarkan data BKPM, investor Korea Selatan termasuk yang paling aktif melakukan penanaman modal di Indonesia. Investasi yang masuk dari Korea Selatan tahun lalu mencapai 1,2 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 7,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejak 2010-2015 nilai investasi yang masuk dari Korea Selatan mencapai angka 8 miliar dolar AS. Dalam periode tersebut sektor yang masuk didominasi oleh sektor industri logam yang mencapai 45 persen.