EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga riset DBS Vickers Research memperkirakan pada 2016, BUMN kontraktor akan meningkatkan belanja modal untuk meningkatkan porsi pendapatan berulang.
Siaran pers DBS Vickers Research, Sabtu (9/4), menyebutkan, peneliti lembaga itu Chong Tjen-San dan Tiesha Putri telah menyelesaikan risetnya bertajuk Indonesia Industry Focus: Indonesia Construction. "Pemerintah dinilai lebih siap dalam mengeksekusi sejumlah proyek infrastruktur pada tahun 2016 ini," kata Tiesha Putri.
Perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong bagi pemerintah untuk meningkatkan belanja infrastruktur dengan harapan dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Tidak seperti tahun sebelumnya ketika terdapat hambatan pada proses pelelangan dan eksekusi proyek akibat peralihan pemerintahan, pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo tampak lebih siap pada tahun keduanya.
Beberapa inisiatif yang ditempuh untuk mempercepat eksekusi proyek infrastruktur adalah pelelangan awal proyek dan obligasi yang dilakukan di akhir tahun 2015. DBS Group Research mengobservasi tren di mana kontraktor BUMN memperluas peran mereka dengan cara turut berinvestasi pada aset-aset infrastruktur maupun menginisiasi proyek infrastruktur baru.
Meskipun di tahap awal proyek infrastruktur pada umumnya mencatat rugi operasional, namun di jangka panjang proyek-proyek ini akan menjadi sumber pendapatan berulang bagi para kontraktor. Kejelasan pada rencana konsolidasi perusahaan BUMN dapat menjadi katalis utama pada sektor ini. Dalam proposal peta jalan BUMN, akuisisi Adhi Karya oleh Waskita Karya diusulkan untuk dilakukan pada tahun ini. Meskipun rencana lebih lanjut belum diumumkan, namun konsolidasi ini akan memberikan dampak positif di jangka panjang mengingat struktur sektor konstruksi domestik yang terfragmentasi dan semakin ketatnya persaingan antar kontraktor BUMN.
Di pasar modal, sektor ini kini aktif diperdagangkan dibandingkan sebelumnya. Dalam pandangan DBS Group Research, penurunan yang terjadi pada 2015 merefleksikan lambatnya eksekusi program pemerintah, serta pencapaian kontrak baru dan laba beberapa kontraktor yang lebih rendah dari ekspektasi awal konsensus di tahun yang sama. Seiring dengan percepatan eksekusi proyek infrastruktur di tahun 2016, lembaga riset itu melihat terdapatnya peluang pada sektor konstruksi untuk tumbuh didukung oleh ekspansi valuasi maupun pertumbuhan laba.
Pada 2016, keempat BUMN kontraktor yang terdaftar di BEI menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp 149 triliun, 52 persen lebih tinggi dari pencapaian tahun 2015 lalu sebesar Rp 98 triliun. Sebagian besar kontrak ditargetkan datang dari proyek infrastruktur pemerintah, BUMN, serta kerja sama antara BUMN dan pihak swasta, di antaranya kereta cepat Jakarta-Bandung, LRT Jabodetabek, jalan tol Trans Sumatra, dan proyek transmisi PLN.