EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum Serikat Tani Indonesia (STI) Henry Saragih mengaku belum mengetahui soal keberadaan teknologi aplikasi untuk petani yang baru saja diperkenalkan Pemerintah di Brebes, Jawa Tengah, Senin (11/4).
Ia mengapresiasi niat baik pemerintah tersebut yang ingin meningkatkan pendapatan petani hingga 11 persen lewat teknologi seluler. Namun, ia ragu penggunaannya di kalangan petani akan efektif.
"Pasti sebagian petani akan bisa menggunakannya (teknologi aplikasi), tapi sebagian besar akan tidak bisa," kata dia, Senin (11/4). Pengguna terbesar aplikasi tersebut misalnya perusahaan tani skala besar dan kalangan pengusaha.
Petani, kata dia, saat ini lebih membutuhkan pembenahan kelembagaan ketimbang perangkat lunak berbasis aplikasi android. Masih banyak koperasi dan kelompok tani di pedesaan yang berserakan tapi manfaat keberadaannya dinilai belum begitu terasa untuk petani.
Selama ini STI menggunakan fasilitas grup Whatsapp untuk menyambungkan komunikasi harian antarpetani saja. Jumlah anggota grup sekitar 90 orang dan baru melibatkan ketua cabang yang memang memiliki gadget pendukung.
Biasanya masalah yang diobrolkan yakni masalah tanah, harga komoditas pertanian, teknik budidaya pertanian dan sebagai ajang merpererat komunikasi. "STI juga telah memiliki website, akun Instagram, Twitter, dan Facebook, tapi tidak banyak yang seperti STI," katanya.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengakui kalangan petani masih sangat terbatas dalam menggunakan teknologi aplikasi. "Masih sangat terbatas sekali penggunaannya (teknologi aplikasi seluler), banyak yang gaptek, jarang yang punya android," kata dia.
Ia juga mengaku belum mengetahui soal aplikasi pertanian yang baru saja diperkenalkan oleh Presiden Jokowi di Brebes. KTNA selama ini membuat jaringan komunikasi dengan grup Whatsapp tapi hanya sebagian kecil saja yang aktif. Jumlahnya masih di bawah 100 anggota dan hanya melibatkan ketua kelompok tani perwakilan daerah.
Pada dasarnya ia menyambut baik soal keberadaan aplikasi seluler. Apalagi, niat pemerintah yakni mendekatkan petani dengan konsumen dan memudahkan pertukaran informasi apapun soal dunia tani. Namun tugas pemerintah yakni membumikannya di kalangan petani yang kondisinya masih terbatas teknologinya. "Serumit apa aplikasinya, kita belum tahu, bagaimana downloadnya," tuturnya.