EKBIS.CO, JAKARTA -- Kinerja ekspor pada Januari-Februari 2016 menurun sekitar 14,3 persen atau senilai 21,7 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama pada 2015 lalu. Menurunnya kinerja ekspor tersebut disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang belum membaik dan turunnya harga komoditas ekspor primer.
"Ekonomi global belum terlalu baik sehingga pada 2016 ini terjadi kontraksi ekspor antara 0 sampai 5 persen," ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak di Jakarta, Selasa (12/4).
Nus menjelaskan, komoditas ekspor Indonesia yang cukup bagus terdiri dari tekstil dan produk tekstil,karert dan turunannya, furnitur, produk kimia, dan pangan olahan. Komoditas tersebut menyumbang 60 persen terhadap kinerja ekspor nasional. Nus menambahkan, mayoritas ekspor Indonesia masih berupa komoditas primer yang harganya masih turun.
Untuk menggenjot produk ekspor, maka perlu ada pengolahan dan pengembangan hilirisasi dari produk primer. Namun, menurut Nus hilirisasi saja tidak cukup dan perlu ada diversifikasi negara tujuan ekspor. Nus menjelaskan, melakukan perluasan pasar ke negara nontradisional tidak mudah sehingga pemerintah memberikan bantuan pembiayaan ekspor bagi para eksportir.
"Pemerintah sudah membuat fasilitas pembiayaan yang cukup bagus dan harus dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang terkena dampak pelemahan ekonomi global," kata Nus.
Nus mengatakan, tahun ini Kementerian Perdagangan akan melakukan lima misi dagang ke negara nontradisional yakni Afrika, Pakistan, India, ASEAN, dan Eropa Timur. Pada Juli 2016 pemerintah akan memulai misi dagang ke Nigeria dan Ghana. Produk yang akan ditawarkan dalam misi dagang ke kedua negara tersebut antara lain CPO, tekstil dan produk tekstil, serta process food.