Kamis 21 Apr 2016 06:24 WIB

7 Days Reverse Repo Rate BI Dinilai akan Perlonggar Likuiditas

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Direktur Utama terpilih Bank Mandiri Kartika Wirdjoatmodjo memberikan keterangan usai pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2016 di Jakarta, Senin (21/3).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Utama terpilih Bank Mandiri Kartika Wirdjoatmodjo memberikan keterangan usai pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2016 di Jakarta, Senin (21/3).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, Bank Indonesia (BI) 7 Days Reverse Repo Rate yang merupakan suku bunga kebijakan baru akan bantu melonggarkan likuiditas. Suku bunga kebijakan BI tersebut baru mulai diberlakukan 19 Agustus mendatang.

"Ini yang penting fluktuasi likuiditas cukup berat waktu Lebaran dan awal tahun. Kalau waktu fase itu likuiditas ketat pendalaman pasar ada. Kita harapkan repo BI diperbesar di waktu-waktu ketat," kata Kartika Wirjoatmodjo di Plaza Mandiri Jakarta, Rabu (20/4).

Ia menjelaskan, dalam kondisi likuiditas ketat, bank dapat memanfaatkan Lending Facility (LF) Bank Indonesia (BI). Saat likuiditas ketat, bank akan mulai memanfaatkan deposito atau dana mahal. Apabila hanya mengandalkan dana mahal, kata dia, maka referensinya jadi tidak sesuai.

"Yang short term rate bisa PUAB (Pasar Uang Antar Bank), lending facility, Repo BI. Kalau ketiganya berjalan itu akan mendekat harga cost of fund bank dengan one week Repo Rate," tutur Tiko, sapaan akrabnya.

Selama masa transisi hingga BI 7 Days Repo Rate diberlakukan pada Agustus mendatang, suku bunga deposito akan diarahkan turun. Namun, yang menjadi masalah saat ini, kata Tiko, bank masih bergantung kepada deposito Dana Pihak Ketiga (DPK) dan belum memanfaatkan fasilitas PUAB, Repo maupun lending facility. Sehingga jika bank masih berkompetisi dengan mengambil dana yang besar untuk deposito, maka akan menyebabkan suku bunga deposito tidak akan turun.

"Jadi memang yang menjadi masalah gimana bank mulai mengalihkan pendanaan jangka pendeknya, bukan hanya bergantung pada deposito. Tapi juga masuk ke fasilitas money market maupun repo jangka pendek," tuturnya.

Selain itu, kata Tiko, pendalaman pasar juga diperlukan. Ia mencontohkan, apabila bank membutuhkan uang, bisa atau tidak uang tersebut diakses dalam bentuk repo, LF, atau PUAB.

"Kalau ada kan, bank bisa tenang tanpa harus nawarin special rate deposito sampai 7,5 persen. Tapi kalau ada rate, nggak ada penawarannya, orang tetep masuk deposito," ujarnya.

Apabila suku bunga deposito turun, kata Tiko, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Rate yang mengacu ke deposito baru kemudian turun.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement