EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mardiasmo mengatakan, pertumbuhan ULN dalam jangka panjang sebenarnya tidak membuat pertumbuhan perekonomian Indonesia sehat. Untuk itu pemerintah akan terus berupaya agar ULN sedikit demi sedikit berkurang.
"Kalau begini terus risiko ke fiskal kita tinggi," ujar Mardiasmo ditemui usai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2016 di Jakarta, Rabu (20/4).
Bank Indonesia mencatat, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tumbuh 3,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 311,5 miliar dolar AS pada Februari 2016. Berdasarkan jangka waktu asal, pertumbuhan ULN tersebut dipengaruhi oleh ULN jangka panjang yang meningkat, sementara ULN jangka pendek menurun. Sedangkan berdasarkan kelompok peminjam, kenaikan tersebut dipengaruhi oleh ULN sektor publik yang meningkat, sementara ULN sektor swasta menurun.
Untuk mengatasi ini, pemerintah berharap agar masyarakat bisa membantu pemerintah dengan pembelian Surat Utang Negara berbasis syariah (Sukuk) yang kemudian dijual ke nasabah ritel, termasuk rumah tangga. Hal ini jika dilakukan bersama-sama dalam jumlah banyak maka akan bisa mengurangi ULN yang cukup tinggi.
Menurut Mardiasmo, sejauh ini banyak negara maju yang melakukan penjualan surat utang negara (SUN) kepada masyarakat dalam negeri. Sehingga negara tidak perlu berutang kepada negara lain. "Makanya ini harus jual Sukuk ritel banyak," ungkap Mardiasmo.
Sebelumnya, hasil penjualan sukuk negara ritel seri SR-008 mencapai Rp 31,5 triliun. Jumlah tersebut melebihi target indikatif sebesar Rp 30 triliun. Sementara untuk surat berharga syariah negara (SBSN) hingga lelang per Selasa (19/4) mencapai Rp 109,888 triliun dengan rincian, lelang Rp 41,48 triliun, sukuk ritel: Rp 31,5 triliun, sukuk global Rp 33,4 triliun, dan private placement Rp 3,5 triliun.