EKBIS.CO, TANGERANG -- Penerbangan internasional langsung dari luar negeri ke Jakarta baru tercatat 30 penerbangan langsung. Jumlah ini cukup jauh jika dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia yang sudah melayani 70 penerbangan langsung ke Kuala Lumpur.
Angka lebih tinggi lagi didapat Singapura yang mampu melayani lebih dari 100 penerbangan internasional langsung. Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Budi Karya Sumadi berharap kehadiran Terminal III Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang rencananya beroperasi pada Mei nanti mampu meningkatkan jumlah penerbangan internasional langsung ke dalam negeri.
"Jadi memang itu berbanding lurus dengan daya saing kita. Makin berdaya saing, orang makin mau ke sini. Untuk itu, kita harus manage supaya fasilitas yang kita punya bisa memenuhi kebutuhan mereka," ujarnya, di Terminal III Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (21/4).
Menurut dia, untuk mencapai hal tersebut banyak yang harus dibenahi, mulai dari fasilitas, keamanan, kenyamanan, interkoneksi dengan bandara lain, avtur, imigrasi, dan lain sebagainya. Budi mengklaim, Indonesia sudah memiliki modal utama dalam bersaing dengan bandara tetangga. Ia katakan, Bandara Internasional Soekarno-Hatta sudah cukup canggih dan mampu bersaing dengan bandara milik Singapura.
"Kita sudah punya modal yaitu sebuah bandara yang canggih, sama canggihnya dengan Singapura. Tentu tidak sulit kalau sudah punya modal ini untuk mengejar bandara yang lain," lanjutnya.
Pekerjaan rumah yang lebih besar lantaran ingin menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai gerbang pariwisata, Budi terangkan, lebih kepada kampanye kepada dunia internasional agar Indonesia bisa menjadi bandara transit internasional.
Ia menambahkan, jika Terminal III Ultimate telah beroperasi, seharusnya mampu menyaingi Kuala Lumpur dalam hal penerbangan langsung internasional. "Dalam tiga tahun kita harus bisa menyaingi Kuala lumpur. Dalam tiga tahun harus bisa lebih dari 70 penerbangan," ungkapnya.
Budi berencana mengubah orientasi Jakarta menjadi transit city juga. Untuk itu, dibutuhkan pihak lain. Sementara, AP II dalam tahap awal terus memberi pelayanan terbaik. "Baru kita bangun rumah sakit, tapi pertama kali kita harus bisa memberi fasilitas paripurna yang bisa memberikan pelayanan sama baiknya dengan bandara-bandara yang ada di luar negeri," kata Budi.
Ia menyampaikan, sekitar 13 juta penumpang internasional terbang "hanya" melewati Jakarta untuk kemudian mendarat di Malaysia atau Singapura. Ia menargetkan, 3 sampai 4 juta penumpang tersebut bisa singgah di Indonesia.