EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan, pasar batubara masih tetap sulit selama tiga bulan pertama tahun 2016 karena pasar masih dilanda kelebihan suplai dan pertumbuhan permintaan melambat. Kinerja Adaro yang solid, lanjutnya, mencerminkan ketahanan model bisnisnya yang terintegrasi secara vertikal.
"Baik EBITDA operasional maupun laba inti tetap kuat karena bisnis inti tetap menghasilkan kinerja yang baik," ujar Garibaldi, Ahad (1/5).
Boy, panggilan akrab Garibaldi Thohir melanjutkan, Adaro mencatat harga jual rata-rata yang 17 persen lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu serta volume penjualan yang stabil, yaitu sebesar 13,5 juta ton (Mt) karena pasar batubara masih sulit.
Akibatnya, jelas Boy, pendapatan usaha turun 18 persen dari tahun ke tahun (y-o-y) menjadi 586 juta dolar AS. Meski begitu, ia menegaskan bahwa kegiatan operasional tetap berjalan dengan baik dan perusahaan berada pada posisi yang baik untuk mencapai target produksi tahun 2016 yang telah ditetapkan pada rentang 52-54 Mt.
Boy juga mengungkapkan, beban pokok pendapatan turun 21 persen menjadi 432 juta dolar AS. Semantara biaya kas batubara, tidak termasuk royalti, turun 26 persen menjadi 20,94 dolar AS per ton, yang jauh lebih rendah daripada target biaya kas batubara yang telah ditetapkan sebesar 26 dolar AS sampai 28 dolar AS per ton. Kondisi ini berhubungan dengan penurunan nisbah kupas, penurunan biaya bahan bakar serta peningkatan efisiensi sebagai faktor utamanya.
Selain itu, nisbah kupas konsolidasi dari tambang-tambang Adaro mencapai 4,24x untuk kuartal ini, atau lebih rendah daripada pada periode yang sama tahun sebelumnya, sebagai akibat dari penurunan aktivitas pemindahan lapisan penutup selama musim hujan.
Perusahaan memperkirakan pemindahan lapisan penutup akan meningkat di kuartal-kuartal berikutnya seiring berakhirnya musim hujan. Adaro berada di posisi yang baik untuk mencapai nisbah kupas yang direncanakan sebesar 4,71x sebagaimana yang ditetapkan pada awal tahun.
Biaya bahan bakar yang merupakan komponen signifikan biaya kas batubara turun 43 persen (yoy) ke rentang atas 0,30an dolar AS per liter. Boy mengatakan, Adaro telah melakukan lindung nilai terhadap sekitar 25 persen kebutuhan bahan bakar tahunannya melalui transaksi swap bahan bakar pada harga yang lebih rendah daripada anggaran yang ditetapkan untuk tahun 2016.
"Perusahaan terus berupaya meningkatkan efisiensi operasional dan menerapkan inisiatif yang dapat meningkatkan produktivitas serta menurunkan biaya," katanya.
Sedangkan royalti yang dibayarkan ke Pemerintah Indonesia turun 19 persen menjadi 59 juta dolar AS seiring turunnya pendapatan. Royalti meliputi 14 persen dari total beban pokok pendapatan tiga bulan pertama 2016.
EBITDA operasional tetap kuat pada angka 192 juta dolar AS, atau turun 4 persen dibandingkan tahun lalu, namun masih mencerminkan ketahanan model bisnis perusahaan. Marjin EBITDA operasional naik menjadi 33 persen dari 28 persen tahun lalu, dan tetap bertahan sebagai salah satu yang tertinggi di antara para produsen batubara termal Indonesia. Adaro berada di posisi yang baik untuk mencapai target EBITDA operasional sebesar 450 juta dolar sampai 700 juta dolar AS.