EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meresmikan pembangunan Pelabuhan Bungkutoko di Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Senin (2/5) lalu. Pelabuhan yang dibangun dengan dana APBN sebesar Rp 204,217 miliar sejak 2009 sampai 2015 ini berlokasi terpisah dari Pelabuhan Kendari saat ini.
Lokasinya persis di mulut Teluk Kendari yang menjadi tempat pertemuan arus keluar masuk air laut dari Teluk Kendari serta dari Laut Banda. Letak geografis ini membuat daerah tersebut kaya dengan plankton yang disenangi berbagai jenis ikan laut dalam maupun ikan pesisir.
Dalam sambutannya, Jonan menginformasikan 21 dari 35 pelabuhan yang telah diresmikan berada di Pulau Sulawesi. "Pembangunan pelabuhan sebesar apapun harus selesai dalam 2 tahun yang dimulai saat perencanaan dan pengerjaannya," ujarnya dalam keterangan persnya yang diterima Republika, Selasa (3/5).
Menhub juga menegaskan, KSOP Bungkutoko harus bekerjasama dengan PT. Pelindo IV dalam pengembangan dermaga kontainer yg akan dibangun oleh PT. Pelindo IV.
Terkait permintaan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam yang mengharapkan Kemenhub mengalokasikan anggaran untuk pengerukan teluk Kendari, dan penambahan garbarata serta perpanjangan landasan di Bandara Kendari, Kemenhub, kata Jonan, akan mengalokasikan anggaran untuk pengerukan Teluk Kendari.
Jonan juga menegaskan penggunan uang rakyat untuk pembangunan harus sesuai kebutuhan, sehingga masyarakat secara langsung memanfaatkannya.
Pembangunan Pelabuhan Bungkutoko sendiri telah diputuskan oleh Presiden Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 168 Tahun 1998 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, Buton, Kolaka dan Kendari. Pembangunan Pelabuhan Bungkutoko juga merupakan pengembangan dari Pelabuhan Kendari yang terkendala penegembangannya karena keterbatasan lahan pengembangan, pendangkalan perairan kolam, alur pelayaran yang sempit, dan rencana pemerintah daerah untuk membangun jembatan di atas alur pelayaran dengan tinggi bebas yang terbatas.
Selain itu, tingkat pertumbuhan pelabuhan laut Kendari pada 2008, cukup tinggi ditandai Berth Occupancy Ratio (BOR) 79 persen, pertumbuhan kontainerisasi mencapai 7,79 persen per tahun, pertumbuhan arus barang 10,2 persen per tahun, pertumbuhan arus peti kemas 7 persen per tahun.
"Selain itu, dengan adanya pembangunan di kawasan Bungkutoko ini akan menjadi lokomotif pembangunan Kota Kendari yang saat ini terus berbenah untuk mensejajarkan diri dengan kota-kota lain di Indonesia," katanya.