EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan penggabungan usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero dengan PT Industri Kereta Api (Inka) Persero akan membuat kedua perusahaan lebih kompetitif karena akan memacu daya saing yang lebih tinggi.
"Tidak hanya dalam negeri, sinergi KAI dan Inka bisa meningkatkan daya saing perusahaan ke tingkat global," kata Rini, di Jakarta, Senin (9/5).
Menurut Rini, saat ini Kementerian BUMN bersama para direksi sedang menyelesaikan kajian penggabungan bisnis KAI dan Inka. "Opsinya inbreng (penggabungan usaha), merger ataupun akuisisi sedang dikaji. Semua (opsi) masih dipelajari. Nanti kalau sudah selesai akan diberitahu," tutur Rini.
Ia mencontohkan, KAI membutuhkan sekitar 1.000 unit gerbong dalam beberapa tahun ke depan. Sementara Inka sedang mengembangkan diri untuk memenuhi pasar ekspor gerbong dan lokomotif. "Antara kebutuhan KAI dalam pengadaan gerbong dan lokomotif, serta kemampuan produksi Inka jika dapat disinergikan sehingga memberikan yang terbaik kepada korporasi," ujarnya.
Ia menjelaskan, dengan memperkuat economic soft skill maka bisa memacu pengembangan produk sehingga ekspor Inka bisa diperluas ke beberapa negara, sedangkan KAI bisa memenuhi kebutuhan gerbong dan lokomotif dari dalam negeri.
Sebelumnya, Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengatakan siap jika pemerintah menugasi untuk mengambilalih Inka dan mengembangkannya sehingga menjadi perusahaan berskala internasional. "Jika ditugasi pemegang saham (Kementerian BUMN), kita siap untuk mengakuisisi Inka," ucap Edi.
Ia mengakui KAI setidaknya membutuhkan sekitar 1.000 unit kereta penumpang dalam beberapa tahun ke depan untuk mengganti kereta yang sudah sudah berusia tua. "Sebesar 51 persen kereta yang dioperasikan saat ini usianya berkisar 30-50 tahun. Setiap tahun kita membutuhkan sekitar 300 unit kereta," ujarnya.
Edi memastikan dengan akuisisi Inka, maka KAI bisa menghemat pembiayaan pengadaan kereta, di sisi lain Inka harus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan masuk ke pasar regional. "Myamnar, Vietnam, dan negara-negara ASEAN butuh kereta. Kenapa tidak kita tingkatkan saja kapasitasnya agar bisa bersaing dengan produsen kereta skala global," kata Edi.
Sedangkan untuk di dalam negeri, penguatan kapasitas Inka bisa diselaraskan dengan kebutuhan ke depan untuk pengembangan kereta api Trans Sumatra dan trans Sulawesi yang menjadi bagian dari program pemerintahan Presiden Joko Widodo.