Senin 16 May 2016 14:20 WIB

Awal Tahun, Kasus Flu Burung Meningkat

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Ilustrasi flu burung.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi flu burung.

EKBIS.CO, JAKARTA --  Kementerian Pertanian mencatat kasus flu burung periode Januari-April 2016 sebanyak 148 kasus. Jumlah tersebut lebih tinggi ketimbang kasus di periode yang sama pada 2015 yakni 123 kasus.

"Ini akibat perubahan cuaca ekstrim dan el nino yang terjadi pada 2015 lalu, sehingga dampaknya terasa di 2016," ujar Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita di Jakarta, Senin (16/5).

Ketut menjelaskan, jumlah total unggas yang mati akibat flu burung sejak Januari-April 2016 sebanyak 77.211 ekor. Jenis unggas yang paling banyak terkena virus tersebut yakni itik/bebek sebesar 29.611, disusul oleh ayam layer 21.111, burung puyuh 15.916, ayam kampung 8.406, dan ayam broiler 2.167. Menurut Ketut, kasus flu burung ini kembali dilaporkan dari kematian unggas di Indonesia sejak Februari 2016.

Dimulai dari kematian 224 ekor itik di Kabupaten Bekasi dan diikuti oleh kematian unggas lainnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Ketut menambahkan, sebagian besar kasus kematian unggas sejak akhir 2015 sampai Maret 2016 disebabkan oleh infeksi virus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N1 Clade 2.3.2.1. Ada kemungkinan bahwa peningkatan kasus flu burung akhir-akhir ini diakibatkan para unggas tidak memiliki kekebalan optimum terhadap infeksi H5N1 Clade 2.3.2.1.

"Menurunnya daya tahan unggas ini disebabkan oleh perubahan cuaca yang sangat ekstrim, dari suhu panas lalu berganti huja lebat," kata Ketut.

Selain itu, kewaspadaan masyarakat tentang ancaman flu burung juga menurun. Kesadaran masyarakat pada peternakan umbaran belum optimal dan pada peternakan komersial, penerapan biosekuriti dan vaksinasi masih lemah. Ketut menegaskan, untuk mengantisipasi tersebut, sejak awal tahun Kementerian Pertanian telah menerbitkan surat edaran kepada dinas-dinas di daerah agar melakukan kewaspadaan flu burung.

Menurut Ketut, kasus flu burung paling marak terjadi pada Maret sampai April. Sebab, di bulan tersebut terjadi momen pergantian cuaca sehingga virus mudah berkembang. Selain itu, Kementerian Pertanian juga sudah meningkatkan kewaspadaan terkait adanya ancaman la nina yang akan melanda pada akhir tahun nanti.

Ketut optimistis, target Indonesia bebas flu burung pada 2020 akan tercapai. Pemerintah berkomitmen untuk memberantas flu burung secara bertahap dan sesuai regional. Pada 2017, ditargetkan daerah NTT bisa bebas flu burung agar dapat ekspor day old chick (DOC) ke Timor Timur dan Papua Nugini. Sejauh ini, wilayah yang sudah bebas flu burung antara lain Maluku dan Papua.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement