EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore (17/5) menguat 42 poin menjadi Rp 13.261 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.303 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali meningkat menopang mata uang komoditas, termasuk rupiah terhadap dolar AS. "Mata uang terkait komoditas diperdagangkan menguat pada Selasa ini seiring harga minyak mentah menyentuh level tertinggi dalam enam bulan terakhir," katanya.
Harga minyak mentah dunia jenis WTI crude pada hari Selasa (17/5) sore berada di posisi 47,83 dolar AS per barel dan Brent crude di level 48,86 dolar AS per barel. Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah masih terbatas menyusul akan dirilisnya data indeks harga konsumen Amerika Serikat yang diperkirakan naik 0,4 persen pada bulan April 2016, dari 0,1 persen pada bulan sebellumnya. "Jika dirilis sesuai perkiraan atau lebih tinggi, maka proyeksi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan meningkat, dan membuat dolar AS kembali menguat," katanya.
Di sisi lain, kata dia, pelaku pasar keuangan juga akan fokus ke data "Consumer Price Index" (CPI) Amerika Serikat. Data itu juga dapat mensinyalkan tentang waktu kenaikan suku bunga AS selanjutnya.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy menambahkan bahwa perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan global yang masih tetap rentan telah menurunkan prediksi kenaikan suku bunga AS. Perkembangan itu memicu dolar AS mengalami pelemahan. "Secara keseluruhan, dinamika global yang rentan itu masih dapat menjaga imbal hasil keuangan Indonesia tetap atraktif dan termasuk menyebabkan turunnya risiko penarikan dana pada investasi portofolio," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (17/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.278 dibandingkan level sebelumnya (16/5) di posisi Rp 13.328 per dolar AS.