Jumat 20 May 2016 19:35 WIB

Bank Sentral Ingatkan Ancaman Kenaikan Inflasi

Red: Nur Aini
Inflasi (ilustrasi)
Inflasi (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia mengingatkan, ancaman inflasi akan meningkat pada semester II 2016 karena terjadinya fenomena La Nina yang membuat curah hujan lebih tinggi dan membawa musim kemarau basah.

"Kita lihat hingga akhir April (inflasi) masih terjaga dengan inflasi tahunan 3,6 persen (year on year/yoy). Namun, di semester kedua perlu waspada karena ada La Nina, periode basah," kata Gubernur BI Agus Martowardojo, di Jakarta, Jumat (20/5).

La Nina merupakan fenomena mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik area khatulistiwa yang mendorong bertambahnya suplai uap air bagi wilayah Indonesia. La Nina akan membuat hujan pada akhir musim kemarau 2016 sehingga kemungkinan menimbulkan apa yang disebut sebagai musim kemarau basah.

Dengan curah hujan yang tinggi, La Nina juga bisa menyebabkan banjir dan longsor, apalagi jika timbul berbarengan dengan periode musim hujan pada Oktober-Desember. Dampak dari La Nina itu yang dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan barang, terutama bahan makanan. Gangguan tersebut dapat merusak stabilitas harga, terutama harga pangan, yang pada akhirnya akan mengerek laju inflasi.

Menurut Agus, ancaman tertinggi saat ini yang berpotensi menaikkan inflasi adalah harga bahan makanan bergejolak (volatile food), terutama harga pangan. Sedangkan, kontribusi harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) sudah menurun terhadap inflasi.

"Itu perlu diperhatikan karena bisa terjadi sebetulnya untuk satu daerah, misalnya Pulau Jawa atau Sumatra, itu ketersediaan pangan ada tapi di pulau lain tidak tersedia sehingga kemudian terjadi inflasi yang bisa berpengaruh ke inflasi nasional," katanya.

Bank Indonesia ingin menjaga laju inflasi di empat persen plus minus satu persen. Hingga April 2016, inflasi tahunan berada di 3,6 persen, sedangkan inflasi tahun berjalan sebesar 0,16 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement