Kamis 26 May 2016 19:45 WIB

Bulog Gelontor 1.000 Ton Bawang Merah ke Pasar

Red: Taufik Rachman
Bawang Merah
Foto: Republika/Prayogi
Bawang Merah

EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog dalam sepekan terakhir telah menggelontorkan bawang merah sebanyak 1.000 ton ke pasar-pasar di sejumlah wilayah di Tanah Air. Kebijakan ini sebagai upaya mengendalikan harga komoditas tersebut menjelang Ramadhan dan Lebaran yang mengalami kenaikan.

Direktur Komersial Perum Bulog Fazri Sentosa di Jakarta, Kamis menyatakan menjelang puasa dan lebaran harga barang dan beberapa komoditas pangan bergerak naik, termasuk bawang merah yang sempat menembus Rp 40 ribu-Rp 45 ribu/kg yang dinilai terlalu tinggi bagi masyarakat.

Untuk itu, tambahnya, pemerintah telah memerintahkan Bulog untuk melakukan intervensi pasar agar harga bawang merah kembali stabil di kisaran Rp 25 ribu/kg.

"Seminggu ini kami telah melakukan operasi pasar bawang merah di beberapa wilayah Jakarta, Jatim, Jateng, Jabar, Sulsel dan lainnya. Sudah lebih 1.000 ton bawang merah digelontorkan ke pasar melalui penjualan eceran maupun grosir," katanya.

Selain itu, Bulog juga bekerja sama dengan Paskomnas (pengelola pasar induk Tanah Tinggi Jakarta) dan assosiasi bawang merah untuk menambah pasokan ke pasar dengan mekanisme perdagangan yang ada.

Fazri menyatakan, dalam OP bawang ini supaya efektif Bulog memperhatikan selera pasar misalnya untuk DKI, Jateng, Sumatera mempergunakan jenis Bima Curut dari Brebes, sedangkan Jatim, NTT, Kalimantan dengan jenis Bima dari NTB.

Menurut dia, dengan OP yang dilaksanakan dalam lima hari terakhir ini harga bawang merah kelas medium di pasar induk telah turun dari sebelumnya Rp 27 ribu menjadi Rp 24 ribu, bahkan Rp 23 ribu/kg.

Bulog, tambahnya, akan terus menggelontorkan bawang merah ke pasar sebanyak 20-30 ton/hari dengan harga Rp 21 ribu-Rp 23 ribu/kg agar harga tetap stabil pada tingkat yang wajar.

"Dengan turunnya harga grosir, diharapkan harga di konsumen juga akan tertarik turun. Namun demikian, penurunan harga harus terkendali agar tidak drastis yang bisa merugikan pelaku pasar dan petani," ujar Fazri.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement