Ahad 29 May 2016 19:13 WIB

Pertumbuhan Kredit Tergantung Perbaikan Daya Beli Masyarakat

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Kredit (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Kredit (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kondisi pelemahan ekonomi global yang berdampak pada ekonomi domestik menyebabkan pertumbuhan kredit di kuartal I 2016 menurun dibandingkan kuartal IV 2015 menjadi 8,7 persen yoy. Pertumbuhan kredit pada Kuartal II tahun ini diperkirakan masih bisa meningkat menjadi sekitar 9-9,5 persen yoy.

"Pertumbuhan kredit kuartal II diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 9-9,5 persen yoy. Pada akhir 2016 diperkirakan kredit berpotensi tumbuh di kisaran 10-11 persen yoy," kata Ekonom Permata Bank, Josua Pardede pada Republika.co.id, Ahad (29/5).

Josua menjelaskan, pertumbuhan kredit pada akhir kuartal I yang menurun didorong oleh masih lemahnya daya beli masyarakat, sehingga permintaan kredit menurun seiring konsumen yang menunda konsumsi pada kuartal I tahun ini. Ia menilai, belum terlihat pertumbuhan kredit yang cukup signfikan, terutama pada performa pertumbuhan kredit sendiri yang masih mengalami tren penurunan dari kuartal I, ditambah dengan kondisi ekonomi domestik yang belum ada pemulihan cukup segnifikan.

"Jadi kita lihat di kuartal II pertumbuhan kredit belum ada peningkatan yang cukup segnifikan, nanti kita lihat selama tahun ini kita masih melihat kebijakan dari moneter dan fiskal ini bisa berjalan optimal, saya pikir akan menciptakan permintaan kredit," ujarnya,

Namun, pihaknya melihat pada kuartal II berpotensi meningkat seiring ekspektasi membaiknya daya beli masyarakat. Karena faktor musiman Ramadhan, dampak kenaikan PTKP, dampak penurunan BI Rate, sehingga konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 4,95 persen yoy dibandingkan 4,92 persen pada kuartal I. Dengan demikian pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 9-9,5 persen yoy.

Menurut Josua, perbaikan permintaan kredit baru akan kembali meningkat pada semester II didorong oleh semakin optimalnya konsumsi pemerintah yang dapat mendorong investasi swasta. Hal ini nantinya berdampak pada konsumsi rumah tangga.

"Ujung-ujungnya basisnya sendiri adalah permintaan. Kalau dari sisi permintaan sendiri masih lemah, saya pikir permintaan kredit juga tidak akan ada. Jadi kita harapkan dari sisi permintaan membaik dan daya konsumsi masyarakat membaik sehingga akan menjadi penopang permintaan kredit yang meningkat. Sehingga pada akhir 2016 diperkirakan kredit berpotensi tumbuh di kisaran 10-11 persen yoy," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement