EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebutkan, untuk periode Ramadhan dan Idul Fitri 2016, diperkirakan jumlah uang yang keluar (outflows) dari BI mencapai 14,5 persen. Sedangkan uang yang masuk ke perbankan (inflows) meningkat sebesar 14,1 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang, Suhaidi merinci, diperkirakan jumlah outflow pada Ramadhan dan Idul Fitri 2016 sebesar Rp 160,4 trilliun, sedangkan inflow sebesar Rp 29,9 trilliun.
"Tahun lalu penarikan uang oleh masyarakat (outflow) Rp 140 triliun dari seluruh kantor-kantor BI di 43 kantor yang melayani per kasa. Diperkirakan penarikan dari BI pada periode Ramadhan dan Lebaran mencapai Rp 160 triliun," ujar Suhaidi di Gedung Bank Indonesia,Jakarta, Senin (6/6).
Sedangkan uang yang masuk ke bank (inflow) pada tahun lalu sebesar Rp 26,2 triliun. Untuk uang yang diedarkan, hingga akhir Mei 2016, beredar sebesar Rp 534,7 triliun. Dengan uang kertas sebesar Rp 527 triliun dan uang logam Rp 7 triliun. Dalam billyet, tercatat uang kertas yang beredar sebanyak Rp 16 miliar lembar dan logam sebanyak Rp 19 milyar keping.
Sebagaimana siklus tahunan, kata Suhaidi, periode Ramadhan dan Idul fitri 2016 umumnya terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai oleh masyarakat. Menurut Suhaidi, peningkatan peredaran uang selama sembilan tahun mencapai rata-rata pertumbuhan 14,7 persen per tahun pada periode Ramadhan dan Idul fitri.
Ada empat faktor yang menyebabkan peningkatan outflow. Pertama, karena pembayaran gaji PNS/TNI/Polri di bulan Juni dan Juli untuk gaji ke 13 dan 14. Kedua, jumlah hari libur lebih banyak di tahun ini dari lima hari menjadi enam hari.
"Kemudian bertepatan dengan liburan sekolah. Lalu penambahan outlet penarikan dan penukaran baik dari BI maupun perbankan yang lebih banyak dibanding tahun sebelumnya," kata Suhaidi.
BI mencatat, berdasarkan sebaran wilayah, selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2016, outflow tertinggi berada di Pulau Jawa sebesar 33 persen. Kemudian tertinggi selanjutnya yaitu Jakarta sebesar 28 persen dan Pulau Sumatera sebesar 20 persen. Sedangkan Sulawesi, Maluku dan Papua sebesar 11 persen dan Kalimantan sebesar 7 persen.