Rabu 15 Jun 2016 16:09 WIB

Pedagang Ungkap Risiko Jual Pangan Segar Buat Harga Tinggi

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Harga Daging Ayam Naik. Pedagang memotong ayam untuk kemudian dijual kepada konsumen di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (20/7).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Harga Daging Ayam Naik. Pedagang memotong ayam untuk kemudian dijual kepada konsumen di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (20/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Disparitas harga pangan dari petani ke konsumen di perkotaan dianggap terlampau tinggi. Pedagang pasar tradisional menyebut, sejumlah faktor menjadi penyulut kejadian tersebut. Di antaranya disebabkan jenis pangan tertentu dijual dalam kondisi segar.

"Daging, misalnya, ketika dijual dalam kondisi segar, ada risiko barang tidak laku, kualitasnya menurun dan harganya turun," kata Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran kepada Republika.co.id, Rabu (15/6). Makanya, sistem penyimpanan pangan di pasar tradisional seharusnya dapat ditingkatkan kualitasnya agar potensi kerugian tidak terlalu berat ditanggung konsumen.

Risiko kerugian tersebut dibebankan pada konsumen yang harus menanggung harga tinggi. Tapi, ia mengaku pedagang pun tidak banyak mengambil untung dalam penjualan barang tersebut.

Perhitungannya terkait daging sapi dari sisi hulu, pedagang membeli sapi untuk dipotong dari sejumlah feedloter dan broker. Harga sapi telah ditetapkan secara sepihak oleh feedloter Rp 42-47 ribu per kilogram bobot hidup. Pedagang menerimanya, lalu melakukan penyembelihan di Rumah Potong Hewan (RPH). Jika perhitungan karkas 50 persen, maka harganya menjadi Rp 84 ribu per kilogram. Dari karkas, daging akan terambil sebanyak 70 persen setelah dipisahkan lemak, tulang, tetelan, kulit, kaki, dan kepala.

"Kalau dihitung-hitung, modal pedagang sudah Rp 109 ribu per kilogram, jadi kalau suruh jual Rp 100 ribu saja sudah rugi," ujarnya. Menurutnya, daging sangat mungkin dijual Rp 120 ribu per kilogram karena ada biaya angkutan, ongkos panggul, dan biaya lainnya yang harus ditanggung pedagang di pasar. "Belum beli keresek, retribusi ongkos motong yang ongkosnya itu sudah Rp 250 ribu per ekor, itu biaya," kata dia.

Ia menyebut, pemerintah bisa saja menginginkan harga daging sapi Rp 80 ribu per kilogram. Tapi syaratnya yang diatur harga penjualan sapi hidup di feedloter. Jika harga sapi hidup dapat ditetapkan Rp 32 ribu per bobot hidup, atau karkas Rp 65 ribu per kilogram, bisa jadi daging dijual Rp 80 ribu dan pedagang untung Rp 1.000.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement