EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Peternakan dari Universitas Padjajaran (Unpad) Rochadi Tawaf menilai langkah pemerintah meminjam daging industri untuk instrumen pengendaliam harga di tingkat konsumen seperti praktik memindahkan masalah. Sebab, ketika daging industri dialihkan untuk Operasi Pasar (OP), pasokan yang biasanya dipakai untuk industri menjadi kosong.
"Gejalanya sudah terlihat, banyak pengusaha industri yang teriak-teriak kekurangan pasokan," kata dia, Ahad (19/6). Seperti diketahui, Pemerintah berencana menggelontorkan 8.110 daging impor produk industri seharga Rp 70 ribu per kilogram agar beredar di masyarakat. Daging akan didistribusikan melalui Toko Tani Indonesia dan ragam kegiatan Operasi Pasar.
Jenis daging yang dijual yakni CL 95 atau daging sop yang juga bisa digunakan untuk cincang rawon. Daging-daging tersebut pada mulanya diperuntukkan untuk kebutuhan industri dan hotel, restoran serta katering (Horeka).
Kelangkaan daging untuk kebutuhan industri, kata Rochadi, membuat harganya naik dan menyulitkan usaha daging olahan. "Tukang bakso yang tadinya dapat pasokan untuk membuat bakso dikuras habis karena daging yang impor untuk OP datangnya bulan depan," tuturnya.
Harga tinggi untuk daging yang tadinya dianggap masalah di tingkat konsumen, kata dia, kini berpindah ke tingkat pelaku industri. Di sisi lain, pemerintah menurutnya telah menutup mata dan telinga untuk keinginan memeroleh daging murah dengan cara apapun.