EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menegaskan tidak ada serangan dari peretas (hacker) yang bersifat masif pada beberapa waktu terakhir ini, seperti yang diberitakan menimpa institusi perbankan dan bank sentral negara lain.
Deputi Gubernur BI Ronald Waas mengatakan jika terdapat serangan pada Sistem Informasi BI, bentuk serangan itu dalam bentuk virus atau upaya peretasan yang sudah dapat diantisipasi. Oleh karena itu, ditegaskan Ronald, tidak ada kerusakan atau kerugian BI yang ditimbulkan oleh serangan peretas.
"Kami beroperasi secara normal, bahkan kami tidak menggunakan fasilitas back up (dukungan cadangan) kami. Perlu ditegaskan, tidak ada serangan secara masif terhadap SI (Sistem Informasi) di BI," ujarnya, Rabu (22/6).
Ronald mengatakan bank sentral terus memutakhirkan dan meningkatkan ketahanan sistem informasi untuk mencegah serangan dalam bentuk apapun, termasuk serangan peretasan. Sebelumnya, seperti dilansir Kantor Berita Reuters, Bank Sentral Korea Selatan dan Bank Indonesia dikabarkan telah diserang gelombang serangan peretas. Serangan itu menyusul pernyataan kelompok peretas internasional beridenitas Anonim, yang menargetkan bank-bank, termasuk bank sentral, di seluruh dunia.
Namun tidak ada dana yang diambil atau aliran dana yang berhasil diakses para peretas. Serangan yang dilakukan oleh pihak Anonim itu disebut rata-rata hanya berupa DDoS (Distributed Denial of Service).
Bank-bank sentral seperti dilaporkan berita tersebut, dalam kewaspadaan tinggi, terutama pascainsiden serangan kepada Bank Sentral Bangladesh, di mana peretas sempat berupaya mentransfer dana sebesar 81 juta dolar AS dari bank itu.
Pada Mei 2016 lalu, Anonim yang dikenal kerap menggunakan DDoS, merilis video bahwa mereka akan menjalankan 30 hari "Operasi Icarus" yang menargetkan situs bank-bank sentral.